HARI SANTRI

HARI SANTRI

Ada Apa dengan Pendidikan?

blogger templates



Salam Progresif sahabat/i.

Hari ini saya akan mengajak sahabat/i semua untuk Refleksi.
Jangan lupa siapin cemilan,kopi hangat dan Rokoknya (untuk yang Rokok).

        Mahasiswa punya beban berat karena kita adalah calon penerus bangsa ini, selain itu dilihat dari sisi Keislaman bahwa setiap kita adalah pemimpin (dalam sabda Rasul) juga ditugaskan Sang Maha Pencipta untuk mengemban dua tugas berat. Yang pertama adalah sebagai Hamba-Nya dan kedua sebagai Khalifah fil-ardh (Pemimpin dimuka Bumi). Berat bukan tugas kita?
Karenanya Allah membekali manusia dengan Akal, yang dengan Akal itulah bisa memperoleh Pengetahuan, baik pengetahuan Agama ataupun Umum.

           Untuk memperoleh pengetahuan perlu sesama dan Tuhan kita, dari itu sejak berumur 5,6 atau 7 tahun kita disekolahkan oleh orang tua kita. Disitu bertemulah dengan Guru-guru dan Teman-teman yang baru. Ya, inilah yang dinamakan “Sekolah”. Dari sini kita diharapkan dapat mengisi dan menggantikan para pemimpin bangsa. Dalam Tujuan Pendidikan (Kemdiknas) disebutkan bahwa:
"Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab." (Wikipedia).
Kesemuanya dalam rangka mencerdaskan masa depan bangsa. jika kita telisik dan analisa banyak sekali Problematika yang terjadi dalam pendidikan  di skala Nasional. dilihat bahwa TPN sepertinya lebih bernafaskan Islami dan telah terkonsep secara Ideal, tapi dalam Realitasnya belum bisa menyesuaikan dengan konsep diatas tadi. Kita kerucutkan pembahasan kita menjadi 3 bagian yang masih berkolerasi kesemuanya pada TPN itu.

1. Pendidikan dan Sistem yang Rumit
2. Pendidikan dan Campur-tangan Kapitalisme yang bersetubuh dengan tirani
3. Penyakit doktrin materialisme dari institusi pendidikan,Pelajar dan Mindset Masyarakat

            Penulis pernah disatu waktu sharing dengan guru senior sekaligus sebagai dosen Teori belajar, pak Drs. Nana Winala, “ Problematika pendidikan perspektif beliau adalah ditinjau dari Regulasi Pendidikan yang begitu rumit (termasuk Kurikulum yang tidak tetap). Terlalu banyak aturan yang menyulitkan seorang guru memberikan pengajaran yang Optimal. Ditambah lagi dengan adanya HAM, guru-guru sering menjadi kambing hitam dari murid yang salah persepsi dengan gurunya. Contoh kecilnya adalah saat seorang guru mendidik mentalitas dengan memberikan Punishment kepada si murid agar murid bertanggung jawab selama dia diberikan tugas oleh sang guru tersebut. Tapi yang terjadi, banyak pelaporan kepada wali murid dari murid-murid yang diberikan hukuman itu”.

            Dari statementnya bisa ditangkap dan ditarik kesimpulan saat ini guru-guru mengalami kesulitan untuk memberikan pengajaran etika (afektif). Lalu bagaimana bisa tujuan pendidikan di atas dapat terpenuhi melihat adanya kata “berakhlak Mulia”, ditambah lagi dengan pesatnya modernisasi dari teknologi yang membuat pelajar-pelajar terbuai didalamnya, ambil sample saja salah satunya telepon genggam. Di era globalisasi saat ini memang butuh sarana pencari informasi yang cepat, namun juga tidak harus melupakan nilai-nilai dan norma-norma yang seharusnya di porsikan pada usia penggunanya.

            Persoalan yang selanjutnya adalah hari ini khususnya di kabupaten Bekasi telah terjadi ekspansi oleh kaum pemilik Modal (kapitalis) yang membangun perusahaan seenaknya sendiri. Mereka bermain dengan para penguasa yang miskin hati, mereka memainkan aturan-aturan yang jauh dari faktanya sehingga keterbalikan terjadi. Seharusnya para politisi dapat mengatur pola ekonomi dan perputarannya dimasyarakat persoalan yang selanjutnya, Menurut Adam Smith bahwa kemajuan ekonomi berawal dari individu-individu yang mencari keuntungan tertentu sehingga pengaruh dari proses mencari keuntungan itu bisa membantu individu lain yang sama membutuhkan. Malah ia menegaskan “Bukan mereka yang berlagak mensejahterakan umum.”
Hal ini tak bisa mutlak tumbuh di Negara kita karena bertabrakan dengan Pancasila yang nilainya lebih kepada Islam. Dampak yang timbul dan tumbuh menjadi Individualis yang Materialistis. Development (Pembangunan) butuh sekali agar bisa bersaing di Era MEA ini. Tapi seharusnya tak melupakan isi (Kualitatif). Bersejalan Dengan Development tumbuhlah Institusi pendidikan yang khusus mengarahkan peserta didiknya ke dunia kerja. Lambat laun yang terjadi banyak sekali didirikan. SMK dan Kampus-kampus yang memfokuskan siswa/mahasiswanya untuk masuk ke dunia kerja. Sudah dikatakan di atas bahwa kemandirian adalah Tujuan Pendidikan, tapi apa?. Institusi pendidikan yang mengarahkan peserta didiknya ke dunia kerja malah mencetak Budak-budak kapitalis yang semakin hari semakin mempengaruhi pola Pikir pemuda dan Orang tua mereka. Muncul asumsi saat mereka (para orang tua) menyekolahkan anaknya ke institusi tersebut nantinya akan hidup sejahtera. Setelah keluar dari sekolah mereka bisa mendapatkan anaknya hidup mapan, padahal jika dilihat dari esensinya adalah perbudakan dan penjajahan modern. Ketidak pedulian terhadap kemajuan bangsa dari Kualitatif terkikis. Yang ada hanyalah proses-proses Hidup yang semu dan amnesia terhadap hakikat dari manusia itu sendiri. Apatisme menjadi penyakit para mahasiswa untuk kritis dan transformatif. Otak dan akalnya dibungkam oleh tiang-tiang kata sejahtera yang fatamorgana serta Lupa akan tirani yang tidur nyaman dirumahnya. Siswa-siswi lulusannya pun jadi kehilangan Spirit menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi mereka merasa bahwa mereka lulus dan bekerja di pabrik-pabrik itu telah sejahteralah hidupnya. Inilah problematika yang terbesar yang saat ini kita alami.
Pada awalnya diserang dari para pejabatnya lalu membabi-buta ke mindset masyarakatnya dan masa depan bangsa menjadi remang-remang entah apa yang dituju. Pola hidup yang Individualis materialistis, konsumtif dan Borjuis.

           Sebagai warga PMII apa yang bisa kita lakukan terhadap ini?, cukupkah hanya berdiam melawan arus?, atau malah menjadi aktor didalamnya?. Semoga kita senantiasa berfikir. Karena “Fikir’ adalah salah satu Trimoto dari PMII.


Saya menyadari bahwa tulisan ini banyak sekali kekurangan dan memohon kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya yang membangun sehingga kedepan saya bisa Progresif.
Tangan Terkepal dan maju kemuka, Lawan!!

Penulis:FajarChaidirQ.A

0 Response to "Ada Apa dengan Pendidikan?"

Posting Komentar