Mahasiswa dapat dikatakan sebuah komunitas unik yang
berada di masyarakat, dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya,
mahasiswa mampu berada sedikit di atas masyarakat. Mahasiswa juga belum
tercekcoki oleh kepentingan-kepentingan suatu golongan, ormas, parpol,
dsb. Sehingga mahasiswa dapat dikatakan (seharusnya) memiliki idealisme.
Idealisme adalah suatu kebenaran yang diyakini murni dari pribadi
seseorang dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat
menggeser makna kebenaran tersebut.
Berdasarkan berbagai potensi dan kesempatan yang
dimiliki oleh mahasiswa, tidak sepantasnyalah bila mahasiswa hanya
mementingkan kebutuhan dirinya sendiri tanpa memberikan kontribusi
terhadap bangsa dan negaranya. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang
tugasnya hanya belajar, bukan pula rakyat, bukan pula pemerintah.
Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun
bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Oleh karena itu perlu
dirumuskan perihal peran, fungsi, dan posisi mahasiswa untuk menentukan
arah perjuangan dan kontribusi mahasiswa tersebut.
1. Peran Mahasiswa
1.1 Mahasiswa Sebagai “Iron Stock”
Mahasiswa dapat menjadi Iron Stock,
yaitu mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang
memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan
generasi-generasi sebelumnya. Intinya mahasiswa itu merupakan aset,
cadangan, harapan bangsa untuk masa depan. Tak dapat dipungkiri bahwa
seluruh organisasi yang ada akan bersifat mengalir, yaitu ditandai
dengan pergantian kekuasaan dari golongan tua ke golongan muda, oleh
karena itu kaderisasi harus dilakukan terus-menerus. Dunia kampus dan
kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat sayang bila
tidak dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan.
Dalam konsep Islam sendiri, peran pemuda sebagai
generasi pengganti tersirat dalam Al-Maidah:54, yaitu pemuda sebagai
pengganti generasi yang sudah rusak dan memiliki karakter mencintai dan
dicintai, lemah lembut kepada orang yang beriman, dan bersikap keras
terhadap kaum kafir.
Sejarah telah membuktikan bahwa di tangan generasi
mudalah perubahan-perubahan besar terjadi, dari zaman nabi,
kolonialisme, hingga reformasi, pemudalah yang menjadi garda depan
perubah kondisi bangsa.
Lantas sekarang apa yang kita bisa lakukan dalam memenuhi peran Iron Stocktersebut
? Jawabannya tak lain adalah dengan memperkaya diri kita dengan
berbagai pengetahuan baik itu dari segi keprofesian maupun
kemasyarakatan, dan tak lupa untuk mempelajari berbagai kesalahan yang
pernah terjadi di generasi-generasi sebelumnya.
Lalu kenapa harus Iron Stock ?? Bukan Golden Stock saja, kan lebih
bagus dan mahal ?? Mungkin didasarkan atas sifat besi itu sendiri yang
akan berkarat dalam jangka waktu lama, sehingga diperlukanlah
penggantian dengan besi-besi baru yang lebih bagus dan kokoh. Hal itu
sesuai dengan kodrat manusia yang memiliki keterbatasan waktu, tenaga,
dan pikiran.
1.2 Mahasiswa Sebagai “Guardian of Value”
Mahasiswa sebagai Guardian of Value berarti
mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai-nilai di masyarakat. Lalu
sekarang pertanyaannya adalah, “Nilai seperti apa yang harus dijaga ??”
Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus melihat mahasiswa sebagai
insan akademis yang selalu berpikir ilmiah dalam mencari kebenaran. Kita
harus memulainya dari hal tersebut karena bila kita renungkan kembali
sifat nilai yang harus dijaga tersebut haruslah mutlak kebenarannya
sehingga mahasiswa diwajibkan menjaganya.
Sedikit sudah jelas, bahwa nilai yang harus dijaga
adalah sesuatu yang bersifat benar mutlak, dan tidak ada keraguan lagi
di dalamnya. Nilai itu jelaslah bukan hasil dari pragmatisme, nilai itu
haruslah bersumber dari suatu dzat yang Maha Benar dan Maha Mengetahui.
Selain nilai yang di atas, masih ada satu nilai lagi
yang memenuhi kriteria sebagai nilai yang wajib dijaga oleh mahasiswa,
nilai tersebut adalah nilai-nilai dari kebenaran ilmiah. Walaupun memang
kebenaran ilmiah tersebut merupakan representasi dari kebesaran dan
keeksisan Allah, sebagai dzat yang Maha Mengetahui. Kita sebagai
mahasiswa harus mampu mencari berbagai kebenaran berlandaskan watak
ilmiah yang bersumber dari ilmu-ilmu yang kita dapatkan dan selanjutnya
harus kita terapkan dan jaga di masyarakat.
Pemikiran Guardian of Value yang
berkembang selama ini hanyalah sebagai penjaga nilai-nilai yang sudah
ada sebelumya, atau menjaga nilai-nilai kebaikan seperti kejujuran,
kesigapan, dan lain sebagainya. Hal itu tidaklah salah, namun apakah
sesederhana itu nilai yang harus mahasiswa jaga ? Lantas apa hubungannya
nilai-nilai tersebut dengan watak ilmu yang seharusnya dimiliki oleh
mahasiswa ? Oleh karena itu saya berpendapat bahwa Guardian of Value adalah
penyampai, dan penjaga nilai-nilai kebenaran mutlak dimana nilai-nilai
tersebut diperoleh berdasarkan watak ilmu yang dimiliki mahasiswa itu
sendiri. Watak ilmu sendiri adalah selalu mencari kebanaran ilmiah.
Penjelasan Guardian of Value hanya
sebagai penjaga nilai-nilai yang sudah ada juga memiliki kelemahan
yaitu bilamana terjadi sebuah pergeseran nilai, dan nilai yang telah
bergeser tersebut sudah terlanjur menjadi sebuah perimeter kebaikan di
masyarakat, maka kita akan kesulitan dalam memandang arti kebenaran
nilai itu sendiri.
1.3 Mahasiswa Sebagai “Agent of Change”
Mahasiswa sebagai Agent of Change,,, hmm.. Artinya
adalah mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan. Lalu kini masalah
kembali muncul, “Kenapa harus ada perubahan ???”. Untuk menjawab
pertanyaan itu mari kita pandang kondisi bangsa saat ini. Menurut saya
kondisi bangsa saat ini jauh sekali dari kondisi ideal, dimana banyak
sekali penyakit-penyakit masyarakat yang menghinggapi hati bangsa ini,
mulai dari pejabat-pejabat atas hingga bawah, dan tentunya tertular pula
kepada banyak rakyatnya. Sudah seharusnyalah kita melakukan terhadap
hal ini. Lalu alasan selanjutnya mengapa kita harus melakukan perubahan
adalah karena perubahan itu sendiri merupakan harga mutlak dan pasti
akan terjadi walaupun kita diam.
Bila kita diam secara tidak sadar kita telah berkontribusi dalam
melakukan perubahan, namun tentunya perubahan yang terjadi akan berbeda
dengan ideologi yang kita anut dan kita anggap benar.
Perubahan merupakan sebuah perintah yang diberikan
oleh Allah swt. Berdasarkan Qur’an surat Ar-Ra’d : 11, dimana dijelaskan
bahwa suatu kaum harus mau berubah bila mereka menginginkan sesuatu
keadaan yang lebih baik. Lalu berdasarkan hadis yang menyebutkan bahwa
orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin adalah orang yang
beruntung, sedangkan orang yang hari ini tidak lebih baik dari kemarin
adalah orang yang merugi. Oleh karena itu betapa pentingnya arti sebuah
perubahan yang harus kita lakukan.
Mahasiswa adalah golongan yang harus menjadi garda
terdepan dalam melakukan perubahan dikarenakan mahasiswa merupakan kaum
yang “eksklusif”, hanya 5% dari pemuda yang bisa menyandang status mahasiswa,
dan dari jumlah itu bisa dihitung pula berapa persen lagi yang mau
mengkaji tentang peran-peran mahasiswa di bangsa dan negaranya ini.
Mahasiswa-mahasiswa yang telah sadar tersebut sudah seharusnya tidak
lepas tangan begitu saja. Mereka tidak boleh membiarkan bangsa ini
melakukan perubahan ke arah yang salah. Merekalah yang seharusnya
melakukan perubahan-perubahan tersebut.
Perubahan itu sendiri sebenarnya dapat dilihat dari dua
pandangan. Pandangan pertama menyatakan bahwa tatanan kehidupan
bermasyarakat sangat dipengaruhi oleh hal-hal bersifat materialistik
seperti teknologi, misalnya kincir angin akan menciptakan masyarakat
feodal, mesin industri akan menciptakan mayarakat kapitalis, internet
akan menciptakan menciptakan masyarakat yang informatif, dan lain
sebagainya. Pandangan selanjutnya menyatakan bahwaideologi atau nilai sebagai faktor yang mempengaruhi perubahan.
Sebagai mahasiswa nampaknya kita harus bisa mengakomodasi kedua
pandangan tersebut demi terjadinya perubahan yang diharapkan. Itu semua
karena kita berpotensi lebih untuk mewujudkan hal-hal tersebut.
Sudah jelas kenapa perubahan itu perlu dilakukan dan
kenapa pula mahasiswa harus menjadi garda terdepan dalam perubahan
tersebut, lantas dalam melakukan perubahan tersebut haruslah dibuat
metode yang tidak tergesa-gesa, dimulai dari ruang lingkup terkecil
yaitu diri sendiri, lalu menyebar terus hingga akhirnya sampai ke ruang
lingkup yang kita harapkan, yaitu bangsa ini.
2. Fungsi Mahasiswa
Berdasarkan tugas perguruan tinggi yang diungkapkan M.Hatta yaitu membentuk manusisa susila dan demokrat yang
- Memiliki keinsafan tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat
- Cakap dan mandiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan
- Cakap memangku jabatan atau pekerjaan di masyarakat
Berdasarkan pemikiran M.Hatta tersebut, dapat kita
sederhanakan bahwa tugas perguruan tinggi adalah membentuk insan
akademis, yang selanjutnya hal tersebut akan menjadi sebuah fungsi bagi
mahasiswa itu sendiri. Insan akademis itu sendiri memiliki dua ciri
yaitu : memiliki sense of crisis, dan selalu mengembangkan dirinya.
Insan akademis harus memiliki sense of crisis yaitu
peka dan kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya
saat ini. Hal ini akan tumbuh dengan sendirinya bila mahasiswa itu
mengikuti watak ilmu, yaitu selalu mencari pembenaran-pembenaran ilmiah.
Dengan mengikuti watak ilmu tersebut maka mahasiswa diharapkan dapat
memahami berbagai masalah yang terjadi dan terlebih lagi menemukan
solusi-solusi yang tepat untuk menyelesaikannya.
Insan akademis harus selalu mengembangkan dirinya
sehingga mereka bisa menjadi generasi yang tanggap dan mampu menghadapi
tantangan masa depan.
Dalam hal insan akademis sebagai orang yang selalu
mengikuti watak ilmu, ini juga berhubungan dengan peran mahasiswa
sebagai penjaga nilai, dimana mahasiswa harus mencari nilai-nilai
kebenaran itu sendiri, kemudian meneruskannya kepada masyarakat, dan
yang terpenting adalah menjaga nilai kebenaran tersebut.
3. Posisi Mahasiswa
Mahasiswa dengan segala kelebihan dan potensinya tentu
saja tidak bisa disamakan dengan rakyat dalam hal perjuangan dan
kontribusi terhadap bangsa. Mahasiswa pun masih tergolong kaum idealis,
dimana keyakinan dan pemikiran mereka belum dipengarohi oleh parpol,
ormas, dan lain sebagainya. Sehingga mahasiswa menurut saya tepat bila
dikatakan memiliki posisi diantara masyarakat dan pemerintah.
Mahasiswa dalam hal hubungan masyarakat ke pemerintah
dapat berperan sebagai kontrol politik, yaitu mengawasi dan membahas
segala pengambilan keputusan beserta keputusan-keputusan yang telah
dihasilkan sebelumnya. Mahasiswa pun dapat berperan sebagai penyampai
aspirasi rakyat, dengan melakukan interaksi sosial dengan masyarakat
dilanjutkan dengan analisis masalah yang tepat maka diharapkan mahasiswa
mampu menyampaikan realita yang terjadi di masyarakat beserta solusi
ilmiah dan bertanggung jawab dalam menjawab berbagai masalah yang
terjadi di masyarakat.
Mahasiswa dalam hal hubungan pemerintah ke masyarakat
dapat berperan sebagai penyambung lidah pemerintah. Mahasiswa diharapkan
mampu membantu menyosialisasikan berbagai kebijakan yang diambil oleh
pemerintah. Tak jarang kebijakan-kebijakan pemerintah mengandung banyak
salah pengertian dari masyarakat, oleh karena itu tugas mahasiswalah
yang marus “menerjemahkan” maksud dan tujuan berbagai kebijakan
kontroversial tersebut agar mudah dimengerti masyarakat.
Posisi mahasiswa cukuplah rentan, sebab mahasiswa
berdiri di antara idealisme dan realita. Tak jarang kita berat sebelah,
saat kita membela idealisme ternyata kita melihat realita masyarakat
yang semakin buruk. Saat kita berpihak pada realita, ternyata kita
secara tak sadar sudah meninggalkan idealisme kita dan juga kadang sudah
meninggalkan watak ilmu yang seharusnya kita miliki. Contoh kasusnya
yang paling gampang adalah saat terjadi penaikkan harga BBM beberapa
bulan yang lalu.
Mengenai posisi mahasiswa saat ini saya berpendapat
bahwa mahasiswa terlalu menganggap dirinya “elit” sehingga terciptalah
jurang lebar dengan masyarakat. Perjuangan-perjuangan yang dilakukan
mahasiswa kini sudah kehilangan esensinya, sehingga masyarakat sudah
tidak menganggapnya suatu harapan pembaruan lagi. Sedangkan
golongan-golongan atas seperti pengusaha, dokter, dsb. Merasa sudah
tidak ada lagi kesamaan gerakan. Perjuangan mahasiswa kini sudah berdiri
sendiri dan tidak lagi “satu nafas” bersama rakyat.
0 Response to "Mahasiswa dan Tanggung Jawab Sosial"
Posting Komentar