HARI SANTRI

HARI SANTRI

Mahasiswa : Ngopi tak sekedar ngopi !!

blogger templates
Nongkrong atau kumpul bareng teman rasanya kurang 'afdol', (baca;lengkap) kalau tanpa kopi. Kopi menjadi menu wajib baik buat orangtua maupun kaum muda, dalam suasana serius ataupun santai. Kopi, bukan lagi menjadi "bagian" yang tak terpisahkan dari rutinitas keseharian, melainkan "yang utama" dalam mengisi aktivitas sehari-hari. Pagi ngopi, siang ngopi, sore ngopi, malem ngopi. Tanpa minum kopi, kepala pusing, ngantuk bahkan bisa bikin hilang fokus,konsentrasi lemah. Begitu kira-kira bagi seseorang yang sudah "candu" dengan kopi.

Kini, minum kopi seperti jadi tren khususnya kawula muda. Hampir dapat dipastikan, setiap ada perkumpulan, baik.formal maupun informal pasti terdapat kopi. Begitu pun, di kampus-kampus, mahasiswa yang 'sangat aktif' minum kopi jumlahnya tidak sedikit, bahkan tambah banyak. Terutama mahasiswa yang senang kumpul-kumpul atau nongkrong sambil kongkow. Ternyata, ngopi bukan sekedar kebutuhan selera minuman, lebih dari itu, ngopi jadi fenomena kekinian yang sudah sangat ekspansif sampai ke ranah mahasiswa. 
Dalam deskripsi sejarah Nusantara, kopi memiliki keistimewaan tersendiri. Selain sebagai komoditas, kopi menjadi ciri khas masyarakat. Seorang ulama Jawa, Syeikh Ihsan Jampes bahkan menulis kitab khusus yang membahas kopi dan rokok. Kitabnya berjudul Irsyad al-Ikhwan fi Syurbati al-Qahwati wa al-Dukhan (kitab yang membahas kopi dan rokok). Karya ini lahir disebabkan kontroversi, yaitu pro-kontra yang terjadi di masyarakat tentang hukum minum kopi dan merokok dalam pandangan Islam. Jadi, kopi adalah produk yang punya nilai sejarah tinggi. Karena menjadi wacana dialektika para ilmuwan(ulama). 
Bagi mahasiswa, ngopi bareng teman atau lebih dikenal dengan sebutan nongkrong jangan hanya sekedar minum kopi bareng. Banyak hal yang semestinya menjadi refleksi, yang kemudian dijadikan bahan introspeksi. Pertama, melekatnya identitas intelektual pada mahasiswa menjadi dasar untuk berpikir kritis tentang banyak hal. Termasuk terhadap sesuatu yang kita minum hampir setiap hari. Misalnya, kopi yang diminum apakah kopi asli dari hasil petani Indonesia atau kopi impor. 
Selain itu, meskipun kopi itu hasil petani Indonesia apakah produsen/perusahaan yang memproduksi kopi itu perusahaan dalam negeri atau asing. Dan masih banyak lagi hal-hal yang bisa dikaji dari kopi. Nalar berpikir semacam itu, menurut penulis adalah model berpikir elaboratif khas mahasiswa. Agenda kumpul-kumpul yang sudah menjadi rutinitas mahasiswa sepertinya tak pernah "absen" dari yang namanya kopi. Kesetiaan kopi menemani rutinitas tersebut, bukan semata karena kopi hanya sebagai minuman. Justru, kita harus banyak belajar dari kopi itu sendiri. Kopi bisa membebaskan mata dari rasa ngantuk, membantu pikiran untuk fokus, menghangatkan tubuh, mengobati kepala pusing dan lain-lain. 
Deretan testimoni dari penikmat kopi tentang "fungsi dan manfaat" kopi tersebut, dapat dijadikan analogi bahwa kita sebagai mahasiswa bisa belajar dari kopi untuk bisa berfungsi dan bermanfaat. Kedua, yang tak kalah penting ialah "substansi" dari obrolan dalam arena nongkrong tersebut yang tentunya ditemani menu wajib, yaitu kopi. Jangan sampai kopi meninabobokan suasana, sehingga kumpulan/nongkrong hanya jadi kumpulan sia-sia hampa makna. 
Sebagai kelas masyarakat yang lebih tinggi, karena mahasiswa identik dengan kaum intelek yang sangat masyhur dengan sebutan agen perubahan (agent of change). Kualitas dan isi dari "menu obrolan" tentu harus berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya. Saat baru masuk kuliah, kita diajarkan tentang konsep pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat (Tri Dharma Perguruan Tinggi). Spirit ini selaras dengan jargon Baca, Diskusi dan Aksi yang sering diteriakkan para mahasiswa, khususnya mahasiswa aktivis-organisatoris. Konsep dan jargon diatas jika dijalankan secara konsisten dapat melanggengkan "julukan" mahasiswa sebagai agen perubahan, agen sosial kontrol dan agen-agen yang lainnya. Dan kopi, tetap dapat menjadi 'teman setia' dalam proses tersebut. 
Dengan catatan essensi obrolan warung kopi ala mahasiswa tidak sekedar kongres (kongkow ora beres-beres) apalagi bicara yang ngeres-ngeres. Kopi, jangan sampai mengaburkan substansi wahana diskusi. Nongkrong tidak harus merongrong tradisi membaca sebagai kawah chandradimuka untuk membuka cakrawala. Mahasiswa aktif adalah cerminan generasi bangsa yang progresif-transformatif. Jadi, sangat wajar dan seyogyanya memang demikian. Para mahasiswa, sebagai generasi muda terdidik selalu berpikir, berkata, dan bertindak tentang perubahan. 
Perubahan dimulai dari "isi" obrolan, karena itu parameter kepribadian baik secara personal maupun komunal. Mahasiswa tidak boleh kalah dengan tukang ojek dan tukang becak. Mereka sering bicara tentang politik sampai kebijakan publik, karena mereka "akrab" dengan koran dan berita. Bagi mahasiswa, ngopi bukan sekedar ngopi. 
Oleh : Adiyanto S.Wijaya
(Anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia /PMII Kabupaten Bekasi)

0 Response to "Mahasiswa : Ngopi tak sekedar ngopi !! "

Posting Komentar