HARI SANTRI

HARI SANTRI

Materi ASWAJA

blogger templates
Pergerakan mahasiswa islam Indonesia ( PMII ) adalah organisasi kader yang menjadi elemen penting dalam gerakan mahasiswa di Indonesia, PMII merupakan wadah perjuangan , kreatifitas, dan proses aktualisasi diri bagi semua kader, dengan catatan mereka memiliki intregitas, loyalitas dan komitmen yang kuat, serta tanggung jawab yang nyata sebagai bagian dari elemen gerakan mahasiswa.
Sesuai dengan namanya PMII mempunyai acuan prinsipil dari sumber – sumber ke-Islaman ( khususnya Islam Aswaja) dan ke – indonesiaan ( pancasila ). Entitas dua sumber tersebut menjadi sangat penting bagi PMII karena kedua sumber tersebut mempunyai nilai dan karakteristik yang universal, fundamental, (mendasar) dan bersifat terbuka satu sama lainya.
  ASWAJA ( Ahlussunnah wal jama’ah )
Ahlussunnah Wal Jamaah ( Aswaja ) merupakan bagian integral dari sistem keorganisasian PMII. Dalam Nilai Dasar Pergerakan (NDP) disebutkan bahwa Aswaja merupakan metode pemahaman dan pengalaman keyakinan Tauhid. Lebih dari itu, disadari atau tidak Aswaja merupakan bagian kehidupan sehari-hari setiap anggota/kader organisms kita. Akarnya tertanam dalam pada pemahaman dan perilaku penghayatan kita masing-masing dalam menjalankan Islam.
Selama ini proses reformulasi Ahlussunnah Wal Jamaah telah berjalan, bahkan masih berlangsung hingga saat ini. Tahun 1994, dimotori oleh  KH Said Agil Siraj muncul gugatan terhadap Aswaja yang sampai saat itu diperlakukan sebai sebuah nadzhab. Padahal dalam ASwaja terdapat berbagai madzhab, khususnya dalam bidang fiqih. Selain itu, gugatan muncul melihat perkembangan zaman yang sangat cepat dan membutuhkan respon yang konteks tual dan cepat pula. Dari latar belakang tersebut dan dari penelusuran terhadap bangunan isi Aswaja sebagaimana selama ini digunakan, lahirlah gagasan ahlussunnah wal jamaah sebagai manhaj al-fikr ( metode berpikir ).
PMII melihat bahwa gagasan tersebut sangat relevan dengan perkembangan zaman, karena muatan doctrinal Aswaja selama ini yang terkesan terlalu mengikat. Sebagai manhaj, Aswaja menjadi lebih fleksibel dan memungkinkan bagi pengamalnya untuk menciptakan ruang kreatifitas dan menelorkan ikhtiar-ikhtiar baru untuk menjawab perkembangan zaman.
 SEJARAH
Aswaja adalah : sebuah aliran firqoh dalam agama islam yang lahir dari pertentangan antara umat islam waktu itu,yaitu setelah berakhitnya kepemimpinan Rasullah SAW, yang kemudian diteruskan oleh para shahabat Nabi
pada akhir periode kepemimpnan Ali K.w, terjadi sebuah peristiwa besar di kalangan umat islam yaitu: peristiwa yang dikenal dengan nama perang shiffin ( th. 37 h ) perang yang melibatkan Ali K.w, sebagai kholifah pada waktu itu deunngan pihak muawiyah bin abi sufyan R.a, ( sebagai salah satu keluarga dekat sahabat Utsman Bin Affan Ra. ) pada akhirnya perang ini berakhir dengan proses arbitrase (perdamaian) yang di komandani oleh Amr bin Ash yang mengangkat mushhaf Kitab Suci Al-Qur’an di tengah – tengan kedua belah pihak yang berperang, peristiwa ini dikenal dengan istilah tahkim ( ishlah) peristiwa ini juga melahirkan kelompok khawarij ( kelompok yang keluar dari golonhan Ali Ra karena tidak sepakat dengan keputusan Ali Ra, yang mau berdamai dengan perang siffin )
Satu abad kemudian, timbul golongan Mu’tazilah di bawah kepemimpinan washil bin atho’ ( 80 – 113 h ) dan umar bin ubaid ( w. 145 h ) kaum ini mengeluarkan fatwa yang ganjil dan tentu saja bertolak dengan I’tikad Nabi Saw di antaranya adalah mereka menyakini adanya “manzilah baina manzilataini” yaitu tempat diantara dua tempat ( surga dan neraka ), mereka juga menyakini bahwa sifat tuhan tidaklah ada, bahwa mi’rojnya nabi Saw sekedar rohnya saja dan al-quran adalah makhluk.
Menyusul berikutnya paham Qodariyah yang menyatakan bahwa manusia punya otoritas penuh atas dirinya sendiri, dengan kata lain bahwa tuhan tidak sama sekali terlibat dengan urusan manusia, sebaliknya muncul faham Jabariyah  yang I’tikad bertolak belakang dengan  Qodariyah, artinya manusia sama sekali tidak memiliki ikhtiyar dan usaha, karena Allah telah menciptakan sekenario yang sedemikian rupa, tidak sampai disitu ada juga faham Mujassimah yang menyerupakan tuhan dengan mahkluk, misalnya tuhan itu punya tangan, kaki, serta duduk diatas kursi, atau faham ibnu taimiyah yang agak berlainan mengenai ziarah kubur, tawasshul, dan istighosah. Kemudian abad berikutnya timbulah faham ahlussunnah wal jama’ah.
Bisa dikatakan bahwa idielogi Ahlissunnah Wal Jama’ah ini lahir dari ptroses dialektika, sebab dengan banyaknya faham dan aliran yang berkembang saat itu, dirasa perlu adanya jalan tengan ( middle path) agar kaum muslimin yg terutama yang masih awam tidak terjererumus kedalam kesesatan akidah. Dalam hal ini tidak sedikit golongan yang justru terjebak dalam fanatisme yang berlebihan sehingga menganggap bahwa golongan yang lain keliru, sesat dan sebagainya ( truth claim ).
Firqoh (golongan) ahlussunnah waljama’ah di kembangkan pertama kali oleh ‘alimul ‘llamah Abu hasan al- Asy’ari ( 260 – 324 h ) sebagai ulama’ yang mempunyai kapasitas
Intelektual dibidang Akidah ( ushuluddin ) dan mempunyai perhatian terhadap kondisi sosio-religius masyarakatnya pada waktu itu, yang dihigemoni ( terkekang ) oleh golongan mu’tazilah yang menjadi firqoh resmi Negara, pada masa pemerintahan Al – ma’un dari dinasti abasyiah di irak dan sekitarnya. Dengan demikian acuan utama faham ahlussunnah wal jama’ah  ini adalah :
a.     Bidang Akidah Tauhid
Mengacu pada pandangan pemikiran abu hasan al- asy’ari dan abu mansur al-maturidy   ( 333)
b.     Bidang Fiqh ( syari’at)
Mengacu pada rumusan – rumusan fiqh ( hukun islam) madzhab yang empat, madzhab imam syafi’i, hanafi, hambali, dan maliki.
c.     Bidang Tasawuf
Mengacu pada konsep konsep tasawuf-nya hujjatul islam al-imam al-ghozali dan imam juneid al-baghdaty
BER-ASWAJA DI PMII
Dengan tetap berkomitmen terhadap prinsip Yang artinya : menjaga / memelihara hal-hal yang lama yang baik dan mengambil / mencari ( discover)  hal-hal baru yang lebih baik.
Dengan prinsip yang sangat popular di kalngan nahdiyyin ini PMII tegas untuk selalu memiliki sikap dan main-stream gerakan yang menjunjung tinggi nalai- nilai universal ( humanisme ) dinamika kemasyarakatan ( sosio-kultural ) dan selalu kritis terhadap perkembangan dan realitas yang terjadi di realitas yang ada di lingkungan mikro, maupun makro masyarakat yang ada di Indonesia.
Lebih praksisnya PMII memiliki versi sendiri mengenai poin-poin prinsip aswaja sebagai acuan nilai ke-islaman-an dalam setiap sikap dan main-tream gerakanya, poin-poin terseut adalah :
1.       Ta’adul / equal ( bersikap adil) : dengan nilai ini, PMII mendorong setiap kadernya untuk selalu bertindak dan bersikap adil dalam setiap aspek hidupnya.
2.       Tasamuh / tolerance (bersikap toleran) : toleransi adalah kunci dalam berinteraksi dan komunikasi dengan siapapun, karena dengan tolerensi berarti kita membuka diri untuk menghargai eksistensi orang lain yang mungkin berbeda dengan kita dalam bebagai hal.
3.       Tawassuth / moderat ( berfikir moderat) : prinsip moderat adalah suatu yang tidak bisa di tawar dalam PMII karena PMII berdiri agar bisa bermanfaat bgi semua pihak.
4.       Tawaazun / balance ( berfikir dan bersikap seimbang) : keseimbangan dalam berfikir dan bertindak dalam segala hal merupakan pintu gerbang menuju keharmonian kehidupan yang tidak hegenonif dan diskriminatif, tapi lebih mengedepankan sikap terbuka terhadap seluruh kemungkinan yang ada.
Namun demikian prinsip di atas tidak ada fungsinya ketika tidak di proyeksikan untuk mengambil peran utama dalam proses dan keberpihakan terhadap kaum- kaum marginal.

0 Response to "Materi ASWAJA "

Posting Komentar