Jum'at, 25 November 2016 | Admin
Oleh : Harun Al Rasyid
"Kekuasaan yang lalim adalah musuh abadimu, kekuasaan yang sewenang-wenang adalah kegelisahanmu, keserakahan manusia diatas manusia harus dihilangkan" ( penggalan sajak karya : Nur Sayyid Santoso Kristeva)
"Petani adalah penolong bangsa" begitulah kata-kata yang pernah
terlontar dari Hadratuh Syekh KH Hasyim Asy'ari, seolah-olah dilupakan oleh
para penguasa birokrasi pemerintahan, bagaimana tidak, melihat realitas hari
ini sangat masifnya pembangunan-pembangunan yang tidak produktif oleh para kaum
kapitalis borjuis yang sangat mudah meng-alih fungsikan lahan yang sejatinya
ditanami oleh hijaunya tumbuhan padi yang hasil panenya menjadi makanan pokok
sebagai kebutuhan primer manusia.
Jika
sawah/lahan basah terus ditanami beton-beton Industri nanti kami cari uang
dimana?. Sedangkan lahan itu adalah mata pencaharian kami. Dan untuk kedepannya
kami dan seluruh manusia makan sama apa?. Kalau lahan yang sejatinya ditanami
tumbuhan padi sudah dialih fungsikan.
Dalam buku
Negara Marxis dan Revolusi Proletariat karya : Nur Sayyid Santoso Kristeva. Ada
dua kontribusi Mark dalam analisisnya terhadap masyarakat Kapitalis :
- Kapitalisme menyebabkan proses pemiskinan (pauperization) secara progresif terhadap kaum proletar, sehingga satu saat mereka akan menjalankannya tugas revolusionernya : mengambil alih kekuasaan Negara
- Kapitalisme akan terus menerus mengakibatkan alienasi (pemindahan hak milik dan pangkat) kaum buruh dari produknya, dari proses produksinya, dari jati dirinya dan dari komunitasnya.
Meneruskan dua
kontribusi Mark dalam analisisnya terbilang poin “a”, ada redaksi yang mencatat
bahwa kaum proletar akan menjalankan tugas revolusionernya yaitu mengambil alih
kekuasaan Negara, dan untuk mengambil alih fungsi negara manifesto komunis
memberikan suatu ikhtisar umum tentang sejarah, yang mengharuskan kita untuk
menganggap negara sebagai alat kekuasaan kelas dan membawa kita pada kesimpulan
yang tak dapat dihindari bahwa proletariat tidak dapat menggulingkan borjuis
tanpa terlebih dulu merebut kekuasaan politik, tanpa memperoleh
kekuasaan-unggul politik, tanpa mengubah negara menjadi "Proletariat yang
terorganisir sebagai kelas yang berkuasa".
Dan bahwa
negara proletariat ini mulai "melenyap", setelah ia memperoleh
kemenangan, karena negara adalah tidak perlu dan tidak dapat ada dalam suatu
masyarakat dimana tidak terdapat antagonisme kelas. Pertanyaannya. Bagaimana
kaum proletariat merebut kekuasaan politik?. Disini penulis hanya membahas
permasalahanya saja, silahkan pembaca yang mencari tahu sendiri, dan selepas
membaca artikel ini mari kita diskusikan bersama.
Demikian
artikel yang jauh dari kesempurnaan ini saya buat, dan tentunya saya sangat
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya saya lebih baik lagi
SALAM
PERGERAKAN…......!!!
0 Response to "Kegelisahan di Masyarakat Agraris"
Posting Komentar