HARI SANTRI

HARI SANTRI

APA KABAR DENGAN GURU HONORER ??

blogger templates


Kamis, 24 November 2016 | Admin
Oleh  :  Andre M. Ja'far 

Menjadi seorang guru adalah sebuah pilihan yang sangat mulia, karena sedari awal berkuliah dengan mengambil jurusan pendidikan. Dengan demikian, sudah terniatkan sedari awal untuk menjadi guru, terlebih ada dorongan dari kedua orang tua. Seorang  guru itu tidaklah semudah kelihatannya bila dibandingkan dengan pekerjaan menjadi buruh pabrik. Mungkin sudah tergoreskan takdir saya untuk terjun sebagai tenaga pendidik honorer, meski terkadang rasa iri hinggap didalam hati bila membandingkan honor yang diterima oleh guru PNS, rasanya bagaikan bumi dengan langit. Tapi tak mengapalah, meluruskan niat ikhlas menjalankan profesi sebagai guru honorer dan mengabdikan sepenuh hidup pada dunia pendidikan jhususnya di Kabupaten Bekasi ini adalah sebagai pelipur lara, dengan terus meyakinkan diri atas segala sesuatu yang diabdikan menjadi bernilai ibadah dan pahala sebagai bekal di akhirat kelak.
 
Banyak sekali di kabupaten Bekasi ini para guru honorer mengeluh tentang gaji yang sangat minim, bahkan tidak cukup buat menghidupkan keluarganya bahkan ada yang mengabdinya bertahun-tahun tetap saja gajinya segitu-gitu saja, namun saya juga sebagai guru honorer tidak dapat tunjangan dari pemerintah, bahkan dapat isu tunjangan fungsional akan di hapus bagaimana nasib guru honorer?, bukan saya niat untuk mengharapakan tunjangan apapun, namun perhatikan yang mengabdi bertahun tahun, bahkan dana APBN/ APBD tersebut tidak jelas entah kemana larinya uang tersebut apakah di ambil oleh oknum berdasi yang tamak?.

Tugas guru itu sangat berat, agar murid muridnya menjadi orang yang berilmu dan berguna bagi bangsa bahkan menjadi manusia yang mempunyai kepribadian yang luhur serta bertanggung jawab. Dan banyak sekarang anak yang mengadu berlebihan kepada kedua orang tuanya, semisal kasus guru di laporkan ke polisi yang di Jawa Tengah, bahkan si guru tersebut mau di penjarakan hanya lantaran membentaknya, dan sayapun pernah mengalaminya, berikut  perumpamaan percakapan atas contoh kasus diatas :

Siswa : “pak tadi saya di sekolahan di gamparin" (dengan wajah memelas)
 
Orang tua : "sama siapa di gamparinya" (kaget)
 
Siswa : "sama guru pak".
 
Orang tua : "emang kamu melakukan kesalahan apa?" (tanyanya dengan kesal)

Siswa : "saya waktu guru nerangin bercanda pak".

Orang tua : "masa kamu di gamparin?".

Siswa : "iya pak beneran".

(kemudian hari orang tuanya datang ke sekolah)

Orang tua : "pak mohon maaf anak saya di apain ya?"

Guru : "emang kenapa dengan anak bapak".

Orang tua : "anak saya sekarang sakit pak tidak sekolah". (dengan nada yang keras)

Guru : "sakit apa pak".

Orang tua : "sakit tifes".

Guru : (kaget dengan wajah yang panik ) "oh yaudah pak laporanya saya terima, semoga cepat sembuh ya anak bapak, aamiin".

orang tua : "anak saya sakit gara gara di gamparin sama bapak?".

Guru : "apa pak di gamparin , saya tidak menggampar anak bapa , saya hanya membentak anak bapak, di karnakan dia waktu saya sedang menjelaskan anak bapak bikin suasana kelas menjadi gaduh pak. Masa anak bapak hanya di bentak langsung terkena penyakit tifus".

Orang tua : "ah yang bener pak?"

Guru : "betul pak, memang begitu kenyataannya".

Orang tua : "oh yaudahh pak maaf ya atas kelakuan anak saya itu". (dengan wajah malu)

Begitulah perjuangan seorang figur guru, terlebih  yang honorer, dicaci maki sama wali murid, dibentak bentak oleh wali murid adalah konsekuesni profesi yang sering hadir menghampiri untuk dilalui.

Kondisi di Bekasi yang sebentar lagi akan terselenggarakannya pentas demokrasi guna pemilihan kepada daerah baru, terlepas siapapun nanti yang akan terpilih, sejahterahkanlah guru yang masih honorer, janganlah diabaikan, terlebih guru honorer yang bernaung dibawah Kementrian Agama.Saya sangat percaya, seorang  Bupatipun mustahil mampu seperti itu bila tak ada guru ditempatnya dahulu menimba ilmu.

Tak perlulah mengumbar janji-janji yang teramat manis, buktikan saja...!!!

Dan tak lupa kepada bupati kab. Bekasi marilah sejahterhkanlah
Meskipun sekarang banyak yang menjadi PNS, banyak yang tidak murni saling nyuap menyuap dengan harga sebesar 15 juta, kemudian duit yang nyuap menyuap tersebut di kemanakan? Lantas kemudian saya alhamdulillah dengan menjadi guru honorer hidup menjadi berkah, bisa buat setoran motor dan buat bisa bayar kuliah, Satu kuncinya kata orang tua saya yaitu sabar dan istiqomah. dan kita niatnya karna Allah SWT bukan karna mencari sesuatu yang berada di sekolah

Dan meskipun honorer, bukan berarti terus meraung-raung dikubangan rasa kecewa tak berkesudahan lantaran minimnya perhatian. Bersyukur dan terus berikhtiar adalah perlu dilakukan. Pengalaman saya pribadai banyak menuai berkah meskipun hanya sebagai honorer. Teringat pesan orang tua, yang kurang lebih seperti ini; "Kuncinya cuma satu, yaitu sabar dan istiqomah, niatkan hanya karena Allah SWT semata, bukan karena mencari sesuatu yang ada di Sekolah".



Orang hebat bisa melahirkan beberapa karya bermutu, tapi guru bermutu bisa melahirkan ribuan orang hebat.

  
SELAMAT HARI GURU.
  

Penulis aktif di PK PMII STAI Haji Agusa Salim Cikarang, juga sebagai tenaga pengajar honorer di salah satu Madrsah Ibtidaiyah di Ds. Cikarang Kota, Cikarang Utara.

 

 




 










0 Response to "APA KABAR DENGAN GURU HONORER ??"

Posting Komentar