HARI SANTRI

HARI SANTRI

Merubah Mindset "Pejuang Perempuan" Menjadi "Perempuan Pejuang"

blogger templates



Sabtu, 19 November 2016 | Admin
Oleh  :  Dini Mahandis

“Kami berikhtiar supaya kami teguh sungguh, sehingga kami sanggup diri sendiri. Menolong diri sendiri. Dan siapa yang dapat menolong dirinya sendiri, akan dapat menolong orang lain dengan lebih sempurna pula”. (RA Kartini)

Perempuan adalah makhluk terunik yang diciptakan Allah SWT. Bahkan dalam ilmu psikologi sudah banyak peneliti yang mengemukakan karya yang mengkualifikasikan karakter perempuan. Sebagian berpendapat mental misoginis dan seksis selalu melekat diposisi perempuan,sebagian lagi memandang positifisme keberadaan perempuan sebagai suatu mitra setara dalam kehidupan. Namun,dewasa ini posisi perempuan terutama untuk kalangan aktivis perempuan masih saja selalu diperdebatkan.

Bentuk Gender (Konstruksi sosial) yang menjadi dasar dari pada pergerakan perempuan saat ini bisa jadi hanya suatu wacana kosong. Mengapa ini bisa terjadi ? Saya mengambil sample pergerakan perempuan didaerah saya dan bisa jadi "Mungkin" dan belum tentu sama dengan didaerah pembaca. Enam tahun bukan waktu yang lama untuk saya belajar meneliti tentang perempuan, jadi sebelumnya saya mohon maaf untuk statement yang kiranya tidak terkenan dibenak pembaca.

Dari kacamata saya sebagai perempuan didaerah khususnya,memiliki ranah sempit untuk bergerak dan masalah terbesarnya adalah perempuan dari segala karakteristiknya seperti kehilangan orientasi gerakan. Perempuan benar-benar harus memiliki wadah yang "Sangat Khusus" untuk perempuan itu sendiri.

Mindset perempuan yang masih ketergantungan peran laki-laki untuk hal yang sebenarnya bisa mereka lakukan sendiri. Ditambah lagi sifat bawaan perempuan gerakan yang bisa dibilang remaja yang masih labil mengharuskan mereka dewasa dimuka namun pada kenyataannya dari mental mereka tidak siap terjun menjadi seorang perempuan gerakan.

Ada cerita menarik saat saya bertemu dengan seorang alumni perempuan, ia mengatakan bahwa organisasi perempuan tidak cocok untuk psikologi perempuan didaerah ini, mereka akan menjadikan organisasi sebagai panggung untuk meraih eksistensi, mencari jodoh, dan saat dihadapkan masalah mereka akan kabur entah kemana.

Sesaat saya tidak bisa menerima apa yang beliau ungkapkan tapi saat saya kaji ulang bukankah mental tersebut akan menjadi suatu yang bobrok untuk keberlangsungan organisasi ?. Orientasinya saja sudah tidak jelas,bagaimana dengan gerakan yang titik fokusnya membawa atas nama masyarakat namun dipunggungnya yang rapuh, bagaimana bisa?. 

Karena itulah harus ada rekonstruksi mindset gerakan khusus perempuan, dimana masing-masing individu harus menjadi perempuan yang mandiri, mereka harus memiliki kesadaran berkelompok,meninggalkan suatu yang kiranya menimbulkan konflik dan lebih realistis dalam memecahkan sebuah masalah. untuk memperkuat gerakannya perempuan harus menjadi seorang yang visioner dengan terus memprogress dirinya agar dapat posisi strategis yang sinergis antara hubungan domestik, lingkungan sosial, dan mandiri secara ekonomi . 

Yang terakhir adalah mengubah mindset pejuang perempuan menjadi perempuan Pejuang, kenapa?. yang namanya perjuangan tidaklah selalu berjalan mulus, seorang pejuang sejati tidak akan pergi ketika berhadapan dengan suatu masalah. Pejuang akan terus konsisten dengan apa yang menjadi tujuannya.

Begitulah seharusnya yang dimiliki seorang perempuan. Mereka harus menjadi perempuan pejuang dulu sebelum menjadi pejuang perempuan, kalau tidak, perjuangan mereka akan berjalan ditempat. Perempuan pejuang akan terus belajar dan belajar dan yang hal paling penting untuk perempuan pergerakan adalah  tiga kekuatan, yang pertama adalah Kekuatan intelektual, yang kedua kekuatan analisis, yang ketiga kekuatan hati. 

Diakhir saya ingin memberikan satu quotes paling mujarab, kalimat ajimat yang membuat saya pribadi sebagai selalu mencoba bangkit dan terus bangkit sampai akhirnya saya menuliskan ini, kalimatnya kurang lebih,  “Ketulusan adalah bahasa sejati bagi kecantikan.” ( Helvy Tiana Rosa).

***

Penulis adalah Ketua KOPRI PMII di PK PMII STAI Haji Agus Salim Cikarang

0 Response to "Merubah Mindset "Pejuang Perempuan" Menjadi "Perempuan Pejuang""

Posting Komentar