HARI SANTRI

HARI SANTRI

Spirit Kemahasiswaan Perspektif PMII

blogger templates

Salam Progresif Sahabat/i!!! 
Kali ini saya akan mengangkat Tema “Spirit Kemahasiswaan Perspektif PMII” sebagai bentuk pengayaan wacana serta implementasi terhadap Kata Intelektualitas. Semoga ini bermanfaat untuk diri saya sendiri dan umumnya bagi sahabat/i semua.
Tak lupa agar tidak dilanda kejenuhan, perlu disandingkan kopi hitam manis,camilan, dan rokok pastinya biar inspirasi-inspirasi baru dapat mengalir bagai derasnya air terjun. Hehe sok puitis tak apalah.
Jika didengar kata Mahasiswa maka Ia Adalah seorang Pelajar yang belajar di institusi/lembaga Perguruan tinggi, dimanapun pasti disebut mahasiswa. Pernahkah ada di fikiran kita pertanyaan seputaran Mahasiswa. Contoh: apa sih Mahasiswa itu? Siapa sih mahasiswa itu?, apa saja tugas mahasiswa itu? Dan apa yang harus dimiliki serta apa saja kewajiban mahasiswa itu?. Nanti akan dibahas, pastinya perspektif PMII mengingat hari ini pembaca adalah mahasiswa yang berorganisasi di PMII. Tentu jawabannya juga diselaraskan dengan PMII.
Mahasiswa dan intelektualitas, seolah memang mesti ada pada setiap diri mahasiswa. Karenanya dalam Ekacipta PMII, PMII bercita-cita menjadikan kader yang Ulul Albab. Maksudnya apa?. Kata Ulul albab dalam konteks memang memiliki makna yang sama dengan kata intelektualitas. Jika didalami intelektualitas yang melekat dari mahasiswa yang pertama adalah kehausan akan kepunyaan ilmu.sehingga dimanapun dan kapanpun ia berada mahasiswa selalu mencari Sumbar-sumber keilmuan. Kampus hanyalah satu dari sumber ilmu tersebut yang bersifat Formal. Ironisnya, hari ini Spirit yang seharusnya tertanam dan menjadi identitas mahasiswa semakin kering dan usang. Bahkan saya sendiri pun merasakan banyak sekali aktifis PMII (Termasuk saya) yang jauh dari jati-dirinya sebagai mahasiswa.
Dalam Pengantar buku “PEMIKIRAN PMII” ditulis oleh Choirul Anam dan Efendie Choirie, dikatakan : “ Belakangan ini saya seringkali bertemu dan berbincang dengan kawan-kawan  PMII baik yang yunior maupun senior. Baik ketika sedang di surabaya,  di jakarta maupun saat berkunjung ke luar jawa. Dalam banyak perbincangan dengan   mereka saya belum berhasil menangkap ke-khas-an PMII -nya seperti yang pernah saya rasakan tempo dulu. Dulu kader PMII atau aktifis PMII gampang dikenali dari Idealismenya, Kreativitasnya, semangat belajarnya dan sudah barang tentu, juga kepekaannya yang luar biasa terhadap problematik masyarakat Bangsa” 
Secara tak langsung si penulis buku tersebut diatas telah menemukan sebuah gejala penurunan intelektual atau Kemerosotan Intelektualitas. Oleh karena itu perlunya penghayatan yang. Fundamental terhadap kata mahasiswa yang sering disandingkan dengan kata Intelektual. Selain kata intelektual juga mahasiswa ada yang mengatakan “Knowledge  Worker” atau “Student Power Of The Reason” yang bisa diartikan bahwa mahasiswa adalah “Pekerja Otak” atau “ Pelajar dengan Kekuatan  daya Nalar’.  Lalu bagaimana sih caranya  agar kita (Mahasiswa) menjadi Intelektual?. Ada nasihat dari KH. Wahid Hasyim, Katanya:  “ Bacalah Buku Selama 4 jam dalam sehari. Maka kau akan menjadi intelektual.” Atau Kata Bung Hatta:  “ Tidak apa-apa aku dipenjarakan, asalkan dengan buku. Karena dengan buku Aku Bebas”
Selain daripada intelektual ada kata idealisme. Seperti kata Tan Malaka bahwa “Idealisme adalah Harta yang hanya dimiliki seorang Pemuda” namun apa sih idealisme itu?. Dalam KBBI kata Idealisme Berarti: Berusaha Hidup Menurut Cita-cita “ timbul pertanyaan,  cita-cita siapa? Maka mesti kita jawab Cita-cita Bangsa, Agama dan Negara. Sebagai Social Control peran mahasiswa mesti menjadi penyambung lidah masyarakat. Khususnya mereka yang Mustadh’afien.
Dalam makna pergerakan (Perspektif) Filosofisnya, pergerakan kita harus menuju pada pergerakan seorang hamba yang berguna bagi sesamanya, bukan hanya manfaat bagi dirinya sendiri. Sabda Nabi: “خير الناس انفعهم للناس” Sebaik-baiknya Manusia adalah yang Bermanfaat bagi manusia (lainnya). Ini menangkis hal-hal yang sifatnya Hedonis, Borjuis dan Apatis.
Amat sempurnalah jika Intelektualitas dan Idealisme di Formulasikan dalam Gerakan seorang Mahasiswa, karena jika keduanya ditanamkan tak mustahil akan adanya perubahan bagi Bangsa dan negara kita.  Bukankah Demokrasi hari ini bisa kita nikmati karena para pendahulu (mahasiswa) menumbangkan Otoriternya Rezim Suharto?. Tak mustahil bukan. Janganlah melemah pada keadaan, jangan bersujud pada Kebekuan Realitas.
Dalam pada hidup di abad 21 ini maraknya Eksploitasi Alam dan Eksploitasi Manusia secara halus yang dikoordinir oleh kaum kapitalis menjadikan Perbudakan Maha-kenjam. Sebab menurut penulis dahulu pra-kemerdekaan orang-orang  indonesia hidup dijajah pula, meski dijajah namun mereka masih terus berfikir bagaimana caranya untuk melawan penjajahan fisik yang mereka rasakan. Artinya meskipun mereka terjajah secara fisik namun mereka sadar akan hal untuk bagaimana caranya bisa lepas dari Kaum Kolonial. Pada hari ini mirisnya keadaan bangsa kita, yang dilanda krisis idealisme para pemuda nya. Bahkan mereka yang sekolah di perguruan tinggi diarahkan kepada penjajahan modern dan anehnya mereka bangga akan hal itu. Tentu ini adalah hal yang sangat Krusial bagi pemuda yang bertitel mahasiswa. Bukankah harusnya Tridarma Perguruan Tinggi itu Implementatif?!. Itulah pentingnya Idealisme dari mereka yang Mahasiswa agar bisa melepaskan diri daru Eksploitasi manusia dan Alam yang bertabrakan dengan nilai-nilai dasar Pergerakan yakni Hablum-minannas dan Hablum-minal ‘alam. Iniliah yang penulis maksud dari Kemahakejaman ini. Masyarakat kita hidup didalam kesombongan Kaum kapitalis yang gaya hidup mereka bahkan pemikiran mereka diikuti oleh masyarakat kita. Daerah-daerah kita yang sejuk tidak lagi dipandang mata berganti dengan kesombongan gedung-gedung bising yang tiap hari berproduksi. Sedangkan mereka para penguasa cenderung berpihak pada kaum kapital. Inilah tugas kita sebagai Social Control mengingatkan mereka yang lupa bahwa hak yang seharusnya diperjuangkan adalah hak masyarakat yang mereka pimpin. Bukan para perusak itu, idealismelah yang membuat kita kuat untuk melawan ini guna meneruskan cita-cita bangsa dam negara.
Kesimpulannya, Sudah selayaknya, mari kita teruskan Adat-istiadat warga pergerakan dengan banyak membaca khususnya bagi saya penulis dan umumnya pembaca. Selain dari pada itu mempertahankan Idealisme sama pentingnya. Mahasiswa dan Intelektual serta idealismenya diharapkan mampu menjadi Agent Of Change bagi Indonesia Umumnya. Khususnya untuk daerah kita Kabupaten Bekasi. Jauhkanlah pergerakan yang berbau Momentum politis. Tugas kita mengingatkan mereka para penguasa yang lupa, bukan menjadi Boneka mereka yang Durjana!. Amalkan Tridarma Perguruan Tinggi yang itu adalah Cita-cita Mahasiswa, implementasikan Kata Ulul Albab yang selalu haus akan ilmu. Baca, Tulis, Diskusi.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam tulisan ini dan sangat mengharapkan  para pembaca memberikan Kritik-saran yang membangun agar penulis bisa Lebih Progresif dikemudian Hari. 

Penulis:FajarChaidirQurrotaA'yun

0 Response to "Spirit Kemahasiswaan Perspektif PMII"

Posting Komentar