HARI SANTRI

HARI SANTRI

PERAN PENTING MAHASISWA & AKTIVIS DALAM PENGEMBANGAN DESA

blogger templates
Mengutip sebaris kata dalam lagu milik bang Iwan Fals dengan judul, Desa; “Desa harus jadi kekuatan ekonomi agar warganya tak hijrah kekota, sepinya desa adalah modal utama untuk bekerja dan mengembangkan diri” begitulah kira-kira kutipan lirik lagunya. Bila diresapi secara mendalam maka kita akan mampu memaknai pesan bijak yang mengajak agar kita mampu menjadi sosok penggerak yang mampu memberikan nafas peberdayaan pada ruang-ruang ekonomi di Desa dengan memanfatkan segala potensi yang ada hingga nanti desa tak kosong karena ditinggal penghuninya karena dianggap tak lagi mampu menunjang aspek kehidupan.



Gambar : Google.com
Lagu tersebut laksana gambaran kegundahan hati atas paradigma yang keliru karena masyarakat begitu terfokus kepada daerah perkotaan guna mencari penghidupan. Kelirunya paradigma tersebut seperti kelirunya menilai kasus guru yang dilaporkan orang tuanya lantaran anaknya dicubit karena enggan solat dhuha. Desa bukan tak lagi memiliki potensi sesa bukan tidak mampu memberi kehidupan dan desa bukan hanya bertani dan berternak. 

Bila kita sedikit saja mau memperlebar cara pandang kita tentang desa maka  kita akan mampu menemukan harta karun yang terpendam di desa, tentunya bukan harta karun seperti yang tergambar di film Bajak Laut yaa sobat, tapi harta karun berupa potesi yang sangat seksi yang bisa dieksplorasi yang akan mampu memberikan kehidupan hingga tak lagi melulu bergantung dan bertuju kepada kota. Mindset perlu dilebarkan, nurani perlu dikedepankan, kreatifitas perlu diutamakan. Itulah beberapa perangkat yang dapat digunakan untuk mulai menggali “harta karun” yang ada di Desa.


Potret Desa

Bila membicarakan soal Desa, maka imajinasi kita langsung menggambarkan sesuatu tentang ladang, sawah, ternak, kampungan, norak, tertinggal dalam perkembangan zaman, jauh dari fasilitas modern dan lain sebagainya yang kesemuanya seperti enggan disentuh oleh masyarakat khusunya pemuda karena berbagai profesi tersebut dianggap kurang bergengsi, sehingga  sebagian besar masyarakat khususnya pemuda lebih memilih merantau untuk mencari kerja yang bergengsi dan lebih baik menurut kaca mata mereka sendiri.

Inilah mungkin yang dimaksudkan oleh Bang Iwan Fals dalam tumpahan bait-bait syair lagunya tentang Desa. Desa menjadi tak berpenghuni karena ditinggal sebagian pemudanya, Pemuda yang diharapkan akan mampu memberikan Nafas kehidupan bagi desa dengan segala Kemampuan imajinasi dan revolusi bagi Desanya, justru mereka berbondong-bondong meninggalkan Desa mencari kehidupan yang lain di daerah yang lain. Analoginya “Orang yang sedang sakit dan meminta tolong, kita malah seolah tidak tau dan bergegas meninggalkannya”.

Faktanya hari ini, bilamana Sukses telah diraih tak jarang mereka menetap ditempat rantau dengan segala fasilitas  impian yang telah diraihnya semasa merantau. Apakah salah ?? Tentu saja tidak, Namun miris. 

Gambar : google.com

Desalah tempat lahirnya, orang-orang tua merekapun lahir disana yang kini semakin renta. Bila tak ada lagi yang ingin bertani maka sawah dan ladang akan hilang, bila tak ada lagi yang mau berternak maka hewan-hewan ternak akan punah, Kehidupan kota-Desa akan mengalami ketimpangan jumlah Penduduk, Desa seperti tak memilik daya penghidupan, Desa seperti tercampakan, Desa laksana dermaga yang sewaktu-waktu akan ditinggalkan.

Meskipun pada faktanya adalah demikian, bukan berarti Desa tak memiliki potensi ekonomi yang tinggi guna menunjang penghasilan. Kita hanya perlu menggunakan kemampuan daya unggul kita untuk dapat mampu mengamati sumber potensi yang tersembunyi tersebut.
Desa memang tak memiliki pabrik yang mampu memenuhi hasrat sebagain besar pemuda untuk memenuhi gengsi profesinya. Namun kita harus ingat, Pabrik bukanlah satu-satunya bidang yang mampu memenuhi hasrat tersebut.

Sedikit berkisah tentang salah satu desa didaerah Solo dan yogyakarta  yang dengan kemampuan kesadaran dan kekompakan dikalangan pemudanya desa mereka mampu menjadi sorotan para pemburu sabun herbal untuk kecantikan/ pengobatan.

Desa yang berlimpah dengan aneka jenis macam tumbuh-tumbuhan mereka mencoba mengakali “bagaimana caranya” agar tumbuhan-tumbuhan obat dan rempah tersebut agar memiliki daya ekonomis yang tinggi. Hingga sampailah pada suatu masa tercetusnya sebuah ide untuk membuat sabun Herbal untuk kecantikan  dan kesehatan yang bahan bakunya adalah aneka macam tanaman yang ada di desa mereka yang berjenis tanaman rempah dan buah seperti sereh, cengkeh, kunyit, lengkoas, alpuket, jeruk, pepaya dan lain-lain mereka sulap menjadi menjadi sabun herbal untuk kecantikan/ pengobatan.

Luar biasa..... disaat yang lain meninggalkan desa untuk mencari penghidupan yang lebih baik, mereka justru bertahan/ survive dan membuat penghidupan yang lebih baik untuk desa. Hingga kini dimasa era Internet produk mereka sudah mampu membumi dalam skala Nasional. Dengan menghidupkan dan memberdayakan masyarakat desa hingga Desa menjadi berdaya dan tak sepi. Mungkin inilah  sedikit gambaran aktualisasi pesan moral dari lagu bang iwan fals “Desa”. Dan tentu saja masih banyak hal-hal lain tentang potensi desa kita yang bila kita  “cari, gali dan dalami” maka akan mampu memberikan nafas penghidupan bagi masyarakat desa sehingga desa tidak lagi dicampakan.



Mahasiwa dan aktivis

Membicarakan  Mahasiswa dan Aktivis pasti tak lepas dari gedung akademik dengan label Universitas, Institute maupun Sekolah Tinggi yang kesemuanya memiliki sebutan yang sama, yakni “Kampus”.  Dikampus inilah para pemuda berproses dalam wadah perjuangan untuk pijakan melompat tinggi meraih sukses.

Banyak pula pemuda di Desa yang menggali ilmu di Kampus-Kampus luar daerah dengan semangat kegigihan laksana pejuang hisbullah era Mbah Hasyim Asy’ari dalam mempertahankan Merah Putih di tanah pertiwi dan semangat dilema karena paksaan orang tua. Meskipun berangkat dari rupa-rupa kronoligis awal, setidaknya mereka adalah pemuda yang akan menjadi Mahasiswa dan bahkan Aktivis.



Ada satu hal yang menarik disini, yakni korelasi pendidikan yang lebih tinggi dengan kesuksesan. Mindset sebagian besar masyarakat kita ialah  “pendidikan berorientasikan pada kesuksesan materil”. Hingga ada pergeseran mindset tentang pendidikan cita-cita pendidikan yang sejati.

Tujaun pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan. (Tan Malaka)
Entah ini bisa diwajarkan atau tidak, masyarakat kita seolah terjebak dalam memaknai sukses dan pendidikan. Sukses diartikan orang dengan segala sesuatu-nya yang berkecukupan serta berlimpah materi dan pendidikan adalah sarananya.  Pendidikan bukanlah lagi dijadikan tujuan untuk mengasah kecerdasan dan kemampuan diri namun lebih kepada  mengambil legalitas selembar ijazah untuk menopang strategi cita-cita sukses.

Itu hanya pandangan saya yang mungkin barangkali keliru, tapi itulah faktanya. Banyak dari sebagian besar pemuda-pemuda Desa yang menempuh pendidikan di kampus dan setelah pulang ke Desa mereka lari bekerja kepada tuan-tuan kaya dengan upeti yang  lebih dari cukup untuk mewujudkan cita-citanya. Apakah salah ??? tentu saja tidak, namun lagi-lagi miris sobat. Karena kita egois yang hanya mementingkan kesuksesan pribadi dengan mengabaikan amanah Tri Dharma Perguruan Tinggi. Hal semacam itu laksana para penghianat bangsa di Era Bang Pitung yang menjadi agent mata-mata penjajah dengan bayaran upeti yang tak seberapa dibanding kemerdekaan bangsa.



Dengan bekal ilmu yang diatas rata-rata, pengalaman berorganisasi, perkenalan dengan “Tri Dharma” Perguruan Tinggi, bekal wawasan dan lain sebagainya. Ada secerca harapan para delegasi pemuda mahasiswa tersebut mampu menjadi  motor penggerak/ penarik bagi pemuda lainnya kepada arah pemberdayaan potensi. Bukan hanya saja berdaya secara ekonomi, namun berdaya pula dalam hal keilmuan, kebangsaan, cinta tanah air, agama, pemahaman budaya, organisasi dan lain sebagainya.  Itulah salah satu tindakan nyata dalam mengamalkan Tri Dharma  perguruan tinggi  “Agent Of Change” 


Pengembangan Desa

Desa hanya akan benar-benar mampu dibangun “kemajuannya” oleh orang-orang yang tinggal di Desa itu sendiri, khususnya para pemuda yang memiliki basic akademik dan pengalaman organisasi yang diatas pemuda awam. Dengan bekal tersebut diharapkan kita mampu membawa angin segar yang mampu memadamkan geloranya api mencampakan desa dan mulai membuat mereka merasa nyaman didesa karena  telah tersedianya segala aspek penunjang kehidupan.

Mahasiswa dan Aktivis bukanlahsarana  hanya untuk meraih kemapanan materi, bukan pula hanya untuk memenuhi ambisi hati meraih profesi impian atau  jabatan belaka, namun lebih dari sekedar itu. Agar tak menjadi miris kita perlu memikirkan serta berkontribusi aktif dalam hal pengembangan desa hingga diharapkan desa menjadi surga yang tak dicampakan/ ditinggalkan.

Sudah banyak desa-desa di pelosok Negeri yang telah memulai ini yang sebagian besarnya dimotori oleh kalangan pemuda, mahasiswa dan aktivis yang kesemuanya berangkat dari kesadaran untuk membangun desa dan masyarakatnya. Bagaimana dengan desa kita ??
Sudahkan dicari, sudahkah digali dan didalami segala potensi yang ada ??? tentu saja bukan potensi menjual sawah atau ladang kepada para pengembang untuk menjadi sukses dalam waktu yang singkat. Kalau semacam itu mungkin pantasnya disebut dengan membunh potensi bukan menggali potensi.





Oleh  :   Aldo  (PMII Kabupaten Bekasi)

0 Response to "PERAN PENTING MAHASISWA & AKTIVIS DALAM PENGEMBANGAN DESA"

Posting Komentar