Lagu tersebut laksana gambaran kegundahan hati atas paradigma yang keliru karena masyarakat begitu terfokus kepada daerah perkotaan guna mencari penghidupan. Kelirunya paradigma tersebut seperti kelirunya menilai kasus guru yang
dilaporkan orang tuanya lantaran anaknya dicubit karena enggan solat dhuha.
Desa bukan tak lagi memiliki potensi sesa bukan tidak mampu memberi kehidupan
dan desa bukan hanya bertani dan berternak.
Bila kita sedikit saja mau memperlebar cara pandang kita tentang desa maka kita akan mampu menemukan harta karun yang terpendam di desa, tentunya bukan harta karun seperti yang tergambar di film Bajak Laut yaa sobat, tapi harta karun berupa potesi yang sangat seksi yang bisa dieksplorasi yang akan mampu memberikan kehidupan hingga tak lagi melulu bergantung dan bertuju kepada kota. Mindset perlu dilebarkan, nurani perlu dikedepankan, kreatifitas perlu diutamakan. Itulah beberapa perangkat yang dapat digunakan untuk mulai menggali “harta karun” yang ada di Desa.
Potret Desa
Bila
membicarakan soal Desa, maka imajinasi kita langsung menggambarkan sesuatu
tentang ladang, sawah, ternak, kampungan, norak, tertinggal dalam perkembangan
zaman, jauh dari fasilitas modern dan lain sebagainya yang kesemuanya seperti
enggan disentuh oleh masyarakat khusunya pemuda karena berbagai profesi
tersebut dianggap kurang bergengsi, sehingga
sebagian besar masyarakat khususnya pemuda lebih memilih merantau untuk
mencari kerja yang bergengsi dan lebih baik menurut kaca mata mereka sendiri.
Inilah
mungkin yang dimaksudkan oleh Bang Iwan Fals dalam tumpahan bait-bait syair
lagunya tentang Desa. Desa menjadi tak berpenghuni karena ditinggal sebagian pemudanya,
Pemuda yang diharapkan akan mampu memberikan Nafas kehidupan bagi desa dengan
segala Kemampuan imajinasi dan revolusi bagi Desanya, justru mereka
berbondong-bondong meninggalkan Desa mencari kehidupan yang lain di daerah yang
lain. Analoginya “Orang yang sedang sakit dan meminta tolong, kita malah seolah
tidak tau dan bergegas meninggalkannya”.
Faktanya
hari ini, bilamana Sukses telah diraih tak jarang mereka menetap ditempat
rantau dengan segala fasilitas impian
yang telah diraihnya semasa merantau. Apakah salah ?? Tentu saja tidak, Namun
miris.
Desalah
tempat lahirnya, orang-orang tua merekapun lahir disana yang kini semakin renta.
Bila tak ada lagi yang ingin bertani maka sawah dan ladang akan hilang, bila
tak ada lagi yang mau berternak maka hewan-hewan ternak akan punah, Kehidupan
kota-Desa akan mengalami ketimpangan jumlah Penduduk, Desa seperti tak memilik
daya penghidupan, Desa seperti tercampakan, Desa laksana dermaga yang
sewaktu-waktu akan ditinggalkan.
Meskipun
pada faktanya adalah demikian, bukan berarti Desa tak memiliki potensi ekonomi
yang tinggi guna menunjang penghasilan. Kita hanya perlu menggunakan kemampuan
daya unggul kita untuk dapat mampu mengamati sumber potensi yang tersembunyi
tersebut.
Desa
memang tak memiliki pabrik yang mampu memenuhi hasrat sebagain besar pemuda
untuk memenuhi gengsi profesinya. Namun kita harus ingat, Pabrik bukanlah
satu-satunya bidang yang mampu memenuhi hasrat tersebut.
Sedikit
berkisah tentang salah satu desa didaerah Solo dan yogyakarta yang dengan kemampuan kesadaran dan
kekompakan dikalangan pemudanya desa mereka mampu menjadi sorotan para pemburu
sabun herbal untuk kecantikan/ pengobatan.
Desa
yang berlimpah dengan aneka jenis macam tumbuh-tumbuhan mereka mencoba
mengakali “bagaimana caranya” agar tumbuhan-tumbuhan obat dan rempah tersebut
agar memiliki daya ekonomis yang tinggi. Hingga sampailah pada suatu masa
tercetusnya sebuah ide untuk membuat sabun Herbal untuk kecantikan dan kesehatan yang bahan bakunya adalah aneka macam tanaman
yang ada di desa mereka yang berjenis tanaman rempah dan buah seperti sereh, cengkeh, kunyit, lengkoas,
alpuket, jeruk, pepaya dan lain-lain mereka sulap menjadi menjadi sabun herbal
untuk kecantikan/ pengobatan.
Luar
biasa..... disaat yang lain meninggalkan desa untuk mencari penghidupan yang
lebih baik, mereka justru bertahan/ survive dan membuat penghidupan yang lebih
baik untuk desa. Hingga kini dimasa era Internet produk mereka sudah mampu
membumi dalam skala Nasional. Dengan menghidupkan dan memberdayakan masyarakat desa hingga Desa menjadi berdaya dan tak sepi. Mungkin inilah sedikit gambaran aktualisasi pesan moral dari
lagu bang iwan fals “Desa”. Dan tentu saja masih banyak hal-hal lain tentang
potensi desa kita yang bila kita “cari,
gali dan dalami” maka akan mampu memberikan nafas penghidupan bagi masyarakat desa sehingga desa tidak lagi dicampakan.
Mahasiwa dan aktivis
Membicarakan
Mahasiswa dan Aktivis pasti tak lepas
dari gedung akademik dengan label Universitas, Institute maupun Sekolah Tinggi
yang kesemuanya memiliki sebutan yang sama, yakni “Kampus”. Dikampus inilah para pemuda berproses dalam
wadah perjuangan untuk pijakan melompat tinggi meraih sukses.
Banyak
pula pemuda di Desa yang menggali ilmu di Kampus-Kampus luar daerah dengan
semangat kegigihan laksana pejuang hisbullah era Mbah Hasyim Asy’ari dalam
mempertahankan Merah Putih di tanah pertiwi dan semangat dilema karena paksaan
orang tua. Meskipun berangkat dari rupa-rupa kronoligis awal, setidaknya mereka
adalah pemuda yang akan menjadi Mahasiswa dan bahkan Aktivis.
Ada
satu hal yang menarik disini, yakni korelasi pendidikan yang lebih tinggi
dengan kesuksesan. Mindset sebagian besar masyarakat kita ialah “pendidikan berorientasikan pada kesuksesan
materil”. Hingga ada pergeseran mindset tentang pendidikan cita-cita pendidikan
yang sejati.
Tujaun pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan. (Tan Malaka)
Entah
ini bisa diwajarkan atau tidak, masyarakat kita seolah terjebak dalam memaknai
sukses dan pendidikan. Sukses diartikan orang dengan segala sesuatu-nya yang
berkecukupan serta berlimpah materi dan pendidikan adalah sarananya. Pendidikan bukanlah lagi dijadikan tujuan untuk
mengasah kecerdasan dan kemampuan diri namun lebih kepada mengambil legalitas selembar ijazah untuk menopang
strategi cita-cita sukses.
Itu
hanya pandangan saya yang mungkin barangkali keliru, tapi itulah faktanya.
Banyak dari sebagian besar pemuda-pemuda Desa yang menempuh pendidikan di
kampus dan setelah pulang ke Desa mereka lari bekerja kepada tuan-tuan kaya
dengan upeti yang lebih dari cukup untuk
mewujudkan cita-citanya. Apakah salah ??? tentu saja tidak, namun lagi-lagi
miris sobat. Karena kita egois yang hanya mementingkan kesuksesan pribadi
dengan mengabaikan amanah Tri Dharma Perguruan Tinggi. Hal semacam itu laksana
para penghianat bangsa di Era Bang Pitung yang menjadi agent mata-mata penjajah
dengan bayaran upeti yang tak seberapa dibanding kemerdekaan bangsa.
Dengan
bekal ilmu yang diatas rata-rata, pengalaman berorganisasi, perkenalan dengan “Tri Dharma” Perguruan Tinggi, bekal wawasan dan lain sebagainya. Ada secerca harapan
para delegasi pemuda mahasiswa tersebut mampu menjadi motor penggerak/ penarik bagi pemuda lainnya
kepada arah pemberdayaan potensi. Bukan hanya saja berdaya secara ekonomi, namun
berdaya pula dalam hal keilmuan, kebangsaan, cinta tanah air, agama, pemahaman
budaya, organisasi dan lain sebagainya. Itulah
salah satu tindakan nyata dalam mengamalkan Tri Dharma perguruan tinggi “Agent
Of Change”
Pengembangan Desa
Desa
hanya akan benar-benar mampu dibangun “kemajuannya” oleh orang-orang yang
tinggal di Desa itu sendiri, khususnya para pemuda yang memiliki basic akademik
dan pengalaman organisasi yang diatas pemuda awam. Dengan bekal tersebut
diharapkan kita mampu membawa angin segar yang mampu memadamkan geloranya api
mencampakan desa dan mulai membuat mereka merasa nyaman didesa karena telah tersedianya segala aspek penunjang
kehidupan.
Mahasiswa
dan Aktivis bukanlahsarana hanya untuk
meraih kemapanan materi, bukan pula hanya untuk memenuhi ambisi hati meraih
profesi impian atau jabatan belaka,
namun lebih dari sekedar itu. Agar tak menjadi miris kita perlu memikirkan
serta berkontribusi aktif dalam hal pengembangan desa hingga diharapkan desa
menjadi surga yang tak dicampakan/ ditinggalkan.
Sudah
banyak desa-desa di pelosok Negeri yang telah memulai ini yang sebagian
besarnya dimotori oleh kalangan pemuda, mahasiswa dan aktivis yang kesemuanya
berangkat dari kesadaran untuk membangun desa dan masyarakatnya. Bagaimana
dengan desa kita ??
Sudahkan
dicari, sudahkah digali dan didalami segala potensi yang ada ??? tentu saja
bukan potensi menjual sawah atau ladang kepada para pengembang untuk menjadi
sukses dalam waktu yang singkat. Kalau semacam itu mungkin pantasnya disebut
dengan membunh potensi bukan menggali potensi.
Oleh : Aldo (PMII Kabupaten Bekasi)
Oleh : Aldo (PMII Kabupaten Bekasi)
0 Response to "PERAN PENTING MAHASISWA & AKTIVIS DALAM PENGEMBANGAN DESA"
Posting Komentar