Minggu, 23 Oktober 2016 | Admin
Oleh : Aldo
"Setiap imperium yang tidak mampu memberikan pendidikan bagi generasi berikutnya, maka tunggu saja waktunya imperium itu akan mengalami masa kehancuran" (Socrates, dalam buku"La Politik")
Sahabat/i PMII
yang telah dulu ber-PMII mungkin sudah faham betul dengan judul diatas, dan
barangkali dari sahabat/i sudah ada yang pernah melakukannya baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam aktivitas ber-PMII. Dan pada tulisan kali ini,
bukanlah bermaksud utnuk menggurui
sahabat/i, namun sebagai sarana sharring/
transferring education dari makna-makna yang menghiasi bilik-bilik
kaderisai yang telah menjadi ruh gerakan organisasi PMII.
Meski Quotes Socrates diatas telah berusia berabad-abad silam, namun
masih tetap relevan dengan kondisi zaman, kaderisasi meski secara umum
diartikan sebagai “mencetak” namun secara khusus didalammnya memuat sendi-sendi
keilmuan yang umum kita kenal dengan proses pendidikan.
PMII sebagai
organisasi yang berbasis pada kaderisasi, secara garis besar intens melakukan
rekruitment calon anggota baru PMII yang adalah sebuah rutinitas kinerja
organisasi dalam mengaktualisasikan nilai-nilai dan makna organisasi dalam
turut serta memforsikan diri kapasitasya
sebagai Iron Stock bangsa.
Dalam rentang
jauh kedepan, bangsa memerlukan banyak
sekali generasi penerus bangsa yang akan mampu menerima tongkat estafet
kemerdekaan. Karena setelah kemerdekaan dicapai perjuangan selanjutnya ialah
tetap menjaga warisan tersebut serta memberikan kado berupa karya nyata dan
prestasi-prestasi diberbagai bidang untuk membuat ibu pertiwi harum serta
bangga kepada anak bangsa.
Pada fase
meregenerasi tersebutlah sang pengkader melakukan tugas extra dalam menggawangi
cikal bakal “iron stock” sesuai
dengan outputnya masing-masing. Dengan kata lain pada pemuda perlu memaksimalkan pada tahap persiapan yang berfokus pada
keunggulan, karakter dan potensi diri masing-masing
pemuda guna kedepannya mampu memberikan sumbang asihnya untuk bangsa.
Tentang Kader dan
Kaderisasi
Organisasi
Kader dan
kaderisasi adalah dua sendi yang mensinkronkan diri dalam mendorong laju roda
organisasi. Dan kata Kader berasal
dari bahasa Yunani cadre yang berarti bingkai. Bila dimaknai secara lebih
luas berarti :
1. Orang yang mampu menjalankan amanat
2. Orang yang memiliki kapasitas dan keahlian
3. Pemegang tongkat estafet sekaligus membingkai keberadaan dan kelangsungan suatu
organisasi
Kader
adalah ujung tombak sekaligus tulang punggung kontinyuitas sebuah organisasi.
Secara utuh kader adalah mereka yang telah tuntas dalam mengikuti seluruh
pengkaderan formal, teruji dalam
pengkaderan informal dan memiliki bekal melalui pengkaderan non formal. Dari
mereka diharapkan eksistensi organisasi tetap terjaga.
Pengakaderan/
kaderisasi berarti proses bertahap dan terus-menerus sesuai tingkatan, capaian,
situasi dan kebutuhan tertentu yang memungkinkan seorang kader dapat
mengembangkan potensi akal, kemampuan fisik, dan moral sosialnya. Sehingga,
kader dapat membantu orang lain dan dirinya sendiri untuk memperbaiki keadaan
sekarang dan mewujudkan masa depan yang lebih baik sesuai dengan cita-cita
yang diidealkan, nilai-nilai yang di yakini serta misi dan misi perjuangan yang
diemban.
Ringkasnya, kaderisasi sebagai sarana pencetak
regenerasi selanjutnya sebagai penerus/ pengemban
dari visi dan misi suatu lembaga maupun bangsa guna merealisasikan dan menjaga tujuannya. Kaderisasi diposisikan sebagi ruhnya organisasi,
tanpa ruh maka jasad hanya akan menjadi badan yang tak bernyawa (mati).
“Terbentuknya pribadi Muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia”. (AD-ART PMII BAB IV Pasal 4 Tentang TUJUAN)
Menyoal
kaderisasi tak lepas dari peran
serta dari para kader-kader organisasi itu sendiri.Sebagai kader yang bernaung
di bawah PMII, kaderiasasi adalah profesi
wajib yang tak dapat ditawar lagi. Dalam rentang waktu satu periode
kepengurusanpun kaderisi adalah langkah paling fundamental yang harus ditempuh
oleh para warga pergerakan dimasing-masing kampus dalam menajaga simpul regenarasi.
Kenapa Harus mengkader?
Pantaslah bila
wejangan pemuda dengan sepuluh orang pemuda maka beliau mampu menggoncangkan
dunia, dengan kata lain Bung Karno hendak mengkaderisasi kesepuluh pemuda
tersebut hingga menjadi pemuda yang potensial, berkarakter, mumpuni dan handal dengan tujuan mampu meneruskan tongkat estafet
kemajuan bangsa.
Jikalau dapat
disimpulkan, kunci regenerasi itu ada pada sebuah pola dengan nama
“kaderisasi” yang pada prosesnya
disesuaikan dengan output yang ingin di capai. Melirik kembali sejarah pada era
pra kemerdekaan, pada masa tersebut para pemuda selain dikader oleh para ulama/
kiai dilembaga-lembaga pendidikan (pesantren),
pada proses lanjutannya dibekali ilmu terapan lainnya degan didelegasikan ke
negara-negara barat dan pada saat itu negara tujuannya ialah negara-negara
Eropa. Dan setelah menyelasikan studinya mereka pulang ke nusantara sebagai
kader yang telah mumpuni dalam perihal mengakomodir ibu pertiwi guna menuju
gerbang perjuangan. Mengapa Barat ?.
karena memang pasca perang salib pada era runtuhnya
Dinasti Turki Usmani barat mulai berkembang dan mengembangkan segala cabang
ilmu yang lambat laun mampu meninggikan martabat bangsa Barat, bisa dikatakan
pusat peradaban ilmu pada masa itu mulai bergeser dari timur tengah ke barat.
Maka bisa dibilang wajar bila Tan Malaka menyebut barat sebagai guru.
"Belajarlah dari barat, tapi jangan jadi peniru Barat, melainkan jadilah murid dari timur yang cerdas". (Tan Malaka).
Dalam frame sejarah bangsa, para
pemuda dengan segala karakter dan potensi masing-masing yang dimilikinya berkolaborasi guna memotori
langkah gerak perjuangan dengan tetap dikawal oleh para pengkadernya. Bisa kita
lihat dari berbagai
ulasanan berbagai literatur sejarah baik buku maupun artikel, Mbah Hasyim
A’syari yang dikader salah satunya oleh Syeh Kholil Bangkalan, adapula Trio serangkai di kobong santri HOS
Cokro Aminoto; Soekarno, Karto
Suwiryo dan Semaun. Tan Malaka yang juga pernah mengkader
Sukarni dan juga Wahid Hasyim,
Bung Hatta yang dikader KH. Muhammad Jamil Jambek dan
tokoh-tokoh
besar lainnya. Semuanya
secara bersama-sama melakukan regenarasi “Iron
Stock” secara berkesinambungan untuk
bangsa guna mencapai cita-cita bangsa pada saat itu, yakni “Kemerdekaan”.
Berlanjut pada
era pra kemerdekaan, muncul lagi pemuda berkarakter milik bangsa “BJ Habibie”
yang mampu menggebrag dunia dengan kecerdasan dan karyanya yang revolusioner
bagi bangsa dan Gusdur yng identik dengan “Pluralismenya” dalam menjaga keutuhan
bangsa yang homogen/ majemuk ini.
Dan pasca itu belumlah lagi santer terdengar
pemuda bangsa yang muncul kepermukaan. Pada era sekarang ini, bisalah
dikatakan Ibu pertiwi dapat berbangga hati kembali karena pemuda-pemuda bangsa mulai bermunculan dengan karya-karya
bernuansa kreativitas, sosial, seni, budaya dan ekonomi yang mulai merangseg
pada anak tangga panggung teater dunia yang mementaskan berbagai karyanya meskipun belum seberhasil para pendahulu
leluruh bangsa.
Ulasan diatas adalah
gambaran kaderisasi dalam frame Nasional. Bagaimana dalam bejana dengan nama
organisasi PMII ??. Tak jauh berbeda sahabat/i,
hanya saja proporsionalitasnya yang
perlu disesuaikan dengan konteks kaidah-kaidah
keorganisasian yang tentu saja otuputnya untuk memajukan bangsa dengan
pemuda-pemuda yang unggul dan berkarakter.
Dan pengkader
dituntut untuk mampu mencetak, mengawal dan
mengarahkan kader akan visi dan misi organisasi yang sesungguhnya hingga dengan
sadar akan mampu produktif dan mencipta karya untuk dipersembahkan kepada
bangsa. Tentu dengan sebelumnya diri kita menghambakan sepenuhya kepada PMII
untuk dikader hingga matang.
Mari beristiqomah di PMII dan mulai mengkader…!!!
Salam Pergerakan….!!!
0 Response to "Kaderisasi PMII : Mencetak Anggota/ Kader Sebagai “IRON STOCK” Bangsa"
Posting Komentar