Kamis, 22 Desember 2016 | Admin
Oleh : M. Harun Al Rasyid
Tidak terasa kini usiaku mulai meranjak desawa, dan
waktupun terus berjalan tiada henti, namun sampai hari ini, apa yang telah aku
dedikasikan untuk Mamah. Hanyalah suara
rengek yang keluar dari lisan lembut ini demi tercapaianya harapan ego yang
selalu berbenturan dengan keadaan, dan anehnya, kenapa mamah selalu
mengkabulkan permintaan aku itu, padahal dari segi ekonomi terbilang menengah
ke bawah, namun mamah selalu menggali cara dengan apa dan bagaimanapun caranya
harapan aku bisa terkabul.
Ada suatu cerita di pagi hari menjelang siang, saat
itu aku bersiap untuk berangkat ke Cikarang dan mamah tiba-tiba menghampiri
sambil melihat tas kecil yang suka ku gendong saat bepergian, “Mau kemana jang
?”, sapaan yang sangat halus terdengar dari mulut sang Mamah. “Mau ke Cikarang
Mah, Aun ada kegiatan di kampus” Jawabku. “Oh iya udah nanti ongkosnya minta
sama Cing Nining yah Jang, sama minta juga buat beli tas, udah pada sobek atuh
harus diganti, mamah lagi engga punya duit”, Jawabnya pula berbarengan dengan
aliran air mata yang perlahan menetes sampai ke dagu. “Aun ada uang mah, udah
engga usah nyusahin orang lain, udah mamah engga usah sedih do’ain Aun aja biar
selamet diperjalanan nanti”. Jawabku.
Memang keadaan tas tersebut sudah
terbilang tak layak pakai, dan semestinya harus diganti, karena melihat keadaan
ekonomi, yang semestinya tas itu harus diganti, namun hal itu tidak menjadi
harapanku.
Tepat pukul 10.00 WIB hari Kamis berangkatlah aku
pergi meninggalkan keluarga untuk sementara, “Mah Aun berangkat dulu ya, Mamah
jaga diri baik-baik dan jangan lupa makan, jangan terlalu capek kalau kesawah”,
kataku kepada mamah (Memang dalam keluarga aku hari ini peran Mamah yang banyak
memberikan dedikasi ketimbang ayah, karena ayah sedang sakit, dan sakitnya pun
sampai hari ini belum juga dapat disembuhkan, padahal dilihat dari pengobatan
sangat begitu intensif, namun tidak ada perubahan yang signifikan, dan sekarang
hanya bisa terbaling lemas dikasur. “Mamah jangan lupa yah pesan Aun”, ujarku
sekali lagi. “Iya Jang, Jang juga sama jangan lupa makan inget jangan ngerokok
sama ngopi bae di Sekret” Jawabnya. “Iya Mah, Hehehe” sambil tertawa santaiku
menjawabnya. Memang mamah aku itu sudah sangat tau aktivitas aku di sekret,
jadi selalu tiada henti menasehatiku.
Entah sampai kapan mamah bosan menasehati
seorang anaknya, padahal dengan sengaja aku selalu membangkang nasehat mamah,
menurutku nasehat itu akan terus di ucapkan sampai air lautan habis dan sampai
gunung-gunung berterbanganan bagaikan kapas diterpa angin, pada saat itulah
manusia bersifat individualis dan apatis walaupun dalam satu keluarga, maka
saat itu terjadi insiden akbar yaitu, Yaummul Akhir atau hari kiamat habislah
sudah omelan sang mamah kepada anaknya, nasehat sang mamah kepada anaknya, dedikasi
sang mamah kepada anaknya.
Oleh karena itu untuk sahabat/i yang hari ini masih
memiliki mamah atau ibu di rumah, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi
kalian waktu kalian kecil dan implementasikan nasehat-nasehat mereka yang
sederhana namun akan menjadi emas jika kita mengimplementasikan dalam kehidupan
kita, mintalah ridho orang tua ketika kita kala hendak bepergian, ketika kita
mulai pekerjaan baru, ketika kita menuntut ilmu dan seluruh aktivitas usahakan
agar mendapatkan ridho mereka, karena Ridhollahi fii Ridho Walidain, ridhonya Allah
karena ridhonya orang tua.
Dan untuk sahabat/i yang sudah kehilangan sosok mamah
saya hanya berpesan kirimkan ummul Qur’an atau surat fatihah selepas
mengerjakan shalat dan usahakan setiap hari jum’at sudilah bertamu kerumah baru
mereka yaitu tempat peristirahatn terakhir, bacakan surat yasin, aktivitas ini
yang sering Mamah aku lakukan guna mengingatkan akan kematian dan sambil berdo’a
kepada sang kholiq agar mamahnya mamah aku atau nenek diampuni segala dosanya,
diterima iman islamnya, dan dilapangkan alam kuburnya.. Aamiin.
Dan untuk sahabat/i yang memiliki mamah dengan
notabene manula atau lanisa berbahagialah, maka pada saat itu kesempatan kita
memaksimalkan tenaga dan materi kita untuk didedikasikan kepada mereka,
urusilah mereka dengan penuh keikhlasan sebagaimana seperti dahulu mereka
dengan penuh keikhlasan mengurusi kita waktu kecil, walau bagaimana pun, dan
sebanyak apapun dedikasi kita kemereka, saya yakin jasa mereka tidak akan terbayar
sampai mereka menghembuskan nafas terakhir karena dedikasi Mamah itu tidak akan
punah sampai kapanpun.
I Love You Mom, Happy Mom Day December
***
Penulis aktif di PK PMII STAI Haji Agus Salim Cikarang
0 Response to "Dedikasi Mamah Tidak Akan Punah"
Posting Komentar