Rabu, 21 Desember 2016 | Admin
Oleh : Aldo
Mengulas
tentang pemuda, tentu ada titik semangat yang mampu memantik rasa dahaga yang
tak berkesudahan dalam bertukar kata dengan balutan secangkir kopi. Dan bila
terlontar kata “pemuda” maka pikiran ini merespon dengan spontan image positif
maupun negative terhadapnya, itu bisa dibilang adalah wajar karena bebas saja
mendeskrifsikan pemuda menurut kaca mata pribadinya masing-masing. Yang patut disayangkan
ialah men-generalisir penilaian terhadap pemuda.
Tidak menutup kemungkinan
perilaku sebagian kecil pemuda dari
bangsa ini yang negative lantas kemudian terlabelkanlah citra negative tersebut
kepada setiap diri insan pemuda bangsa. Ini tidaklah bijak, meski memang
demikian pemuda tak selalu melakukan hal yang negative dan tidak semuanya pula
demikian, bila memang demikian sudahkah kita menelaah secara bijak dan objektif
terhadap faktor apa yang menggiring para pemuda hingga melakukan hal yang
demikian?.
Mengumpat
dan bersumpah serapah mustahil akan mampu merubah pemuda yang di cap negative meski pada fase itulah
kehausan akan wawasan dunia luar begitu menggelora. Meskipun demikian, dalam
diri pemuda terdapat besarnya potensi yang akan mampu memberikan perubahan
dimasyarakat, dengan bimbingan serta
binaan dari lingkungan yang mau peduli. Dan tidak menutup kemungkinan, perubahan
itu akan dapat dicapai dimasa mendatang setelah sebelumnya pemuda memiliki
kemampuan akan hal itu.
Pemuda dalam sejarah Bangsa
Sejarah
bangsa yang tergoreskan tidak lepas dari tangan-tangan pemuda yang begitu
bergelora semangat dan kemauannya sehingga mampu memberikan sesuatu kepada masyarakat secara luas. Pada
pertempuran di Surabayapun, kota yang kini dijuluki sebagai kota pahlawan
pertempuran melawan tentara Inggris dan sekutu ditukangi oleh sebagian besar
pemuda-pemuda bangsa yang begitu bergelora semangatnya demi keutuhan NKRI.
Tak
hanya dalam pergerakan fisik, objek lainnyapun ta luput dari pemuda sebagai
motor penggeraknya. Ditarik kebelakang pada tahun 1928 Sumpah Pemuda di
ikrarkan secara serempak oleh para pemuda dari berbagai suku, kalangan, etnik
dan agama sebagai bentuk jawaban atas lemahnya persatuan bangsa yang menjadi
kelemahan Indonesia/ Hindia Belanda pada
masa itu. Sehingga semangat persatuan dan kesatuan digelorakan dengan begitu
bersemangatnya hingga puncaknya dari perserikatan etnik kedaerahan dapat
disatukan dengan Bertumpah darah satu, Tanah
air Indonesia. Berbangsa satu, Bangsa Indonesia. Dan Berbahasa persatuan,
Bahasa Indonesia. Yang pada akhirnya, itu menjadi cikal bakal perekat persatuan
bangsa Indonesia yang hingga pada akhirnya bangsa ini mampu merdeka dan
dipertahankan dari para penjajah yang belum ikhlas melepas tanah pertiwi dari cengkramanan
ketamakannya.
Kita
begitu mengenal Presiden Soekarno dan Bung Hatta, pada fase pemuda mampu
mencuat sebagai icon muda yang begitu digandrungi dan disegani. Belum lagi R.A
Kartini, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, Jendral Sudirman, Bung Tomo, Wahid Hasyim, J.
Leimenna, M. Yamin, W.R Supratman dan lain-lain begitu menggeliat penuh
semangat memperjuangan cita-cita yang sama yakni “Kemerdekaan” tanpa memandang
perbedaan yang melekat pada diri masing-masing.
Peran
pemuda-pemuda kala itu begitu kental sekali mereduksi perangkat perjuangan
bangsa dengan berbagai cara. Mereka
mampu memotori pergerakan kejalur perjuangan yang tiada mengenal henti dan
takut dalam menunaikan cita-cita rakyat Indonesia keseluruhan.
Dulu dan Kini
Bila
kita amati literatur uraian sejarah, pemuda-pemuda pada dahulu begitu cakap dan
terampil bukanlah lantaran semata-mata mendapatkan karomah tuhan yang instan.
Memang betul tokoh tokoh pemuda kala itu ialah berpendidikan secara formal,
namun tidak semua. Dan selain itu, mereka tidak bergantung pada tataran teori
keilmuan akademik saja, mereka berhimpun, mereka berdiskusi, mereka
berorganisasi, mereka memperkaya wawasan dengan bacaan, mereka menganalisa yang
hingga pada akhirnya mengantarkan mereka pada kematangan karakter diri.
Tentu
saja itu ada tokoh tokoh yang mendorong, membina, membimbing mereka hingga
mereka mampu berkarakter dan berkemampuan. Diantaranya HOS Cokro Aminoto, KH
Hasyim Asyari, KH. Wahab Chasbullah, Tan Malaka, KH Dahlan, dan lain
sebagainya. Mereka dengan telaten menggawangi para pemuda-pemuda bangsa yang terkandung
didalamnya potensi dan juga pengemban tongkat generasi.
Kini
seakan seperti piramida terbalik, semakin hari semangat perubahan yang
diamanahkan kepada pemuda-pemuda bangsa seakan terkikis secara perlahan, entah
karena factor apa?. Apakah kemerdekaan yang telah dicapai membuat perjuangan
itu telah usai?.
Meskipun
dalam konteks negara, Indonesia telah merdeka, namun dalam dalam sekup bermasyarakat banyak hal
yang perlu terus diperjuangkan dan dipertahankan kemerdekaannya. Banyak
problem-problem sosial dimasyarakat kita yang sangat perlu diselesaikan. Kini
pemuda seakan lalai dan enggan memperjuangkannya, hanya menunggu hasil melalui
perjuangan tangan-tangan orang lain. Namun sayangnya orang itu tak kunjung jua
datang menggelorakan semangat perjuangannya yang mampu menyatukan kesadaran
perjuangan bersama-sama.
Meskipun
dalam kancah nasional banyak bermunculan (yang katanya) pemuda-pemuda progresif
yang mampu memperjuangkan bangsa lewat segudang
torehan baik prestasi maupun karya. Namun sejatinya itu tidak melulu
mampu menjadi solusi secara nasional khususnya dalam skala lingkungan yang
lebih kecil; daerah, kecamatan, desa dan keluarga.
Guna
menjawab segala bentuk problem yang perlu diperjuangkan dilingkungan masyarakat
sekitar, maka dirasa perlu tampilnya sosok-sosok pemuda yang mau memotori
perjuangan dilingkungan masyarakat, dengan terlebih dahulu sebelumnya
mematangkan diri dengan bekal keilmuan baik akademik maupun berhimpun dalam
organisasi. Dengan harapan para pemuda
mampu tampil dan muncul kepermukaan memotori segala bentuk perjuangan dan tidak
hanya menunggu ataupun menggantungkan nasibnya pada pejuangan orang lain.
***
Penulis adalah kader PMII Cabang Kabupaten Bekasi
0 Response to "Pemuda : Pejuang Masyarakat, Bangsa dan Negara"
Posting Komentar